BAGIAN 20 || 3A

33 4 0
                                    

Aqila duduk di kursi kantin, menunggu bel masuk berbunyi dan bertemu dengan Pak Lamrud, guru matematika. Ia malas untuk beranjak memasuki kelas sekarang, entah Aksel dan Angel menunggu kehadirannya atau tidak. Aqila sama sekali tak peduli.

Kantin saat ini sangat sepi. Ntahlah, perasaan Aqila tadi masih ramai. Tadi, bukan sekarang.

Gadis cantik berambut pendek itu menyeruput es teh miliknya. Ya, Aqila ini adalah tipe cewek yang kalau sudah menyukai satu hal, tidak akan berpindah untuk menyukai yang lain. Selagi ada es teh, ya ia minum.

"Boleh gue duduk di sini?" tanya sosok lelaki sudah duduk di sebelah Aqila.

Aqila menoleh sinis. "Biasakan izin terlebih dahulu, baru lakukan apa yang lo mau."

Aqila membalas dengan dingin, ia berdiri. Memegang segelas es teh miliknya dan segera pindah tempat, tidak menggubriskan lelaki itu, Alvino Tristan Debaran.

"Kebiasaan," gumam Alvino menggelengkan kepalanya.

Dirga datang bersama Ares mendekati Alvino, sedangkan Aqila sudah duduk di belakang paling pojok. Dirga tersenyum kala Aqila melambaikan tangannya, menyuruh Dirga untuk menghampiri dirinya. Membuat Alvino mendengus sebal. Sedangkan Ares malah duduk di sebelah Alvino.

"Lo nggak masuk kelas, Qil?" tanya Dirga membuat Aqila menggeleng.

Cowok itu duduk di sebelah Aqila yang matanya fokus ke arah depan. "Bel udah bunyi sekitar dua menit yang lalu, tumben lo bolos," kata Dirga membuat Aqila menoleh padanya.

"Udah bunyi?" tanyanya.

"Udah."

"Gue gak dengar," jawab Aqila acuh. Pikirnya, Dirga sedang mengelabui.

"Suara bel saat ini emang gak terlalu kedengaran, ada yang eror. Sekarang, penjaga sekolah lagi benerin toa," jelas Dirga.

"Berarti, udah masuk, dong?!" sentak Aqila menatap Dirga. Alvino dan Ares menoleh ke arahnya.

"Udah. Gue, Ares sama Alvino di luar kelas emang ada yang mau kita urus," imbuhnya.

Aqila tak menjawab perkataan Dirga, ia berlari keluar kantin, membuat Dirga, Alvino dan Ares, serta penjaga kantin lainnya tercengang. Gadis itu panik, saat ini adalah pelajaran matematika yang dikabarkan ada ulangan harian.

Dengan napas tak beratur, Aqila sudah berdiri di depan pintu kelas sebelas ips satu yang tertutup. Seperti itulah keadaan kelas jika sedang ulangan harian, agar tidak terganggu dengan suasana luar. Perlahan, Aqila membuka pintu, menciptakan suara decitan pintu yang terdengar.

Semua siswa-siswi menoleh ke arah pintu, dan tentu guru lelaki yang sedang duduk santai cuci mata menggunakan buku rumus matematika di atas meja. Aqila berdeham, Aksel menatapnya dengan datar, sedangkan Angel berdecak menggelengkan kepala.

"Dari mana saja kamu?" tanya Pak Lamrud, beranjak mendekati Aqila.

"Kantin," jawab Aqila. Tatapannya bertemu dengan mata Pak Lamrud.

"Kenapa baru masuk?" Pak Lamrud kembali bertanya.

"Bel-nya gak kedengeran."

Lelaki bertubuh besar di hadapan Aqila ini mengangguk mengerti. "Ya sudah, silakan duduk di tempatmu. Bapak juga baru membagikan soal ulangan," jelasnya.

"Jadi, belum mulai?" tanya Aqila.

"Belum." setelah menjawab, Pak Lamrud mendekati mejanya. Mengambil satu lembar kertas berisi soal matematika ulangan harian. Memberikannya kepada Aqila.

"Makasih, Pak," pamit Aqila berjalan mendekati kursinya. Lalu duduk, mempersiapkan diri untuk mengikuti ulangan.

"Untung gak terlambat banget," celetuk Angel.

3A (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang