BAGIAN 23 || 3A

35 3 0
                                    

Tiga lelaki tampak sedang mengobrol serius, entah apa yang dibicarakan. Angel dan Aqila pun tidak jadi untuk mendekat saat suara bentakan Dirga terdengar. Aqila bersama gitar putihnya, membawa Angel pergi dari halaman belakang sekolah. Di sana ada Aksel, Bayu dan Dirga. Kedua wanita ini sempat bingung, sejak kapan Dirga dan Bayu dekat dengan Aksel.

Mata tajam milik Aksel berkaca-kaca saat suara bentakan Dirga terlontar untuk dirinya. Sedangkan Bayu terdiam seperti patung di samping Aksel, ia tidak berkutik lagi melihat Dirga yang begitu peduli dengan Aksel. Saat ini sedang jam istirahat pertama, masih pagi. Mereka bertiga mengobrol tentang rahasia besar milik Aksel.

"Memar," gumam Dirga.

"Lo sakit parah, Aksel," sambungnya.

"Lo harus terima pengobatan dari Bang Gilang."

"Gue yakin lo kuat, lo harus bertahan."

"Bang Dirga," panggil Aksel setelah membiarkan Dirga terus bersuara. Lelaki yang dipanggil Dirga itu menoleh, ia bisa melihat tatapan teduh dari Aksel.

"Oke, gue terima. Tapi tolong, jangan kasih tau tentang ini ke siapapun itu. Termasuk Aqila dan Angel," ujar Aksel.

"Gue rasa, mereka harus tau," sahut Bayu membuat Aksel dan Dirga menatapnya.

"Gak," jawab Aksel cepat.

***

Angel dan Aqila duduk di kursi, depan kolam ikan. Letaknya berada di tengah sekolah, taman ini tak jauh dari lapangan upacara. Aqila memainkan gitar, Angel yang bernyanyi. Mereka menunggu kedatangan Aksel dari halaman belakang sekolah, tiga lelaki itu pasti akan melewati taman.

"Pulang sekolah, gue mau ngajak lo dan Aksel ke panti asuhan."

Angel menoleh kepada Aqila saat cewek itu berkata. Angel berdeham pelan, lalu menjawab, "Oke deh. Angel ikut aja, gak jadi makan bareng sama Bayu."

"Kalo lo gak mau ikut, ya udah gak papa," kata Aqila.

Cewek berambut panjang bergelombang dengan bando polka-dot biru itu mendengus. Mana bisa dia membiarkan Aqila dan Aksel pergi berdua. Apalagi pergi ke panti asuhan, tempat dimana sosok perempuan diuji untuk menyamankan anak kecil bersamanya. Itu yang ada dipikiran Angel.

"Ikut, lagi pula kita bertiga jarang banget ke panti asuhan," lontar Angel.

Aqila membalas tatapannya. "Gak jadi makan bareng Bayu?" tanyanya.

Angel menggeleng. "Lain kali aja," jawab Angel.

Tidak cukup lama mereka berdua duduk di sini, tiga lelaki berjalan beriringan di koridor. Aqila segera berdiri, meletakkan gitar putih di atas kursi. Lalu melambaikan tangannya, menyapa sosok Aksel saja.

"Aksel! Sini," ajak Aqila membuat Aksel menoleh.

Angel ikut berdiri, dia menyapa Aksel dengan melambaikan kedua tangannya menyilang di udara. Aksel yang terapit oleh Bayu dan Dirga, kini menoleh ke arah samping kanan dan kiri silih berganti.

"Sana," usir Dirga pelan. Aksel menampakkan wajah datar.

"Lo gak jadi ngungkapin perasaan sama Aqila?" tanya Aksel menyelidik.

"Jadi, tunggu waktu yang pas," balas Dirga dengan mata menatap Aqila yang berdiri bersama Angel.

"Kalo lo?" kini Aksel bertanya kepada Bayu. Aksel yakin, Bayu mempunyai perasaan yang lebih dari teman untuk Angel.

Bayu bergidik, ia menunjuk jari telunjuknya ke dirinya sendiri. "Gue? Gue gak ada niat dan gak ada perasaan apapun sama Aqila, dekat aja nggak," tuturnya.

3A (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang