BAGIAN 6 || 3A

46 6 0
                                    

Kamu memang ada di hatinya, sebagai tamu. Bukan pemilik. Jadi, sadarlah. Tidak semua orang yang kamu sukai, balik menyukai dirimu. Pergilah sebelum sakit itu hadir.
•••

Angin malam berhembus, hiasan langit gelap sangat indah. Ia duduk di tepi jendela yang terbuka, memeluk kedua lutut dengan mata mendongak melihat bulan dan bintang di atas sana. Rambut panjang itu tergerai, sesekali menerpa ke belakang.

Gadis itu menggunakan baju tidur dan sandal bewarna merah muda, tampak menatap sendu hiasan langit.

Sebenarnya, apa yang dipikirkan gadis itu?

Perlahan rintik hujan turun malam ini, ia menada tangannya agar menyentuh air hujan itu.

"Non Angel, makan malam sudah siap."

Suara yang cukup merdu itu terdengar menyapa, gadis itu menoleh ke arah pintu kamarnya. Mendapati seorang asisten rumah tangga berseragam putih hitam kasual yang diberikan oleh keluarganya.

"Iya, Bibi," jawabnya sopan. Asisten rumah tangga itu berpamit untuk kembali ke dapur.

Dia Angel, gadis yang penuh luka jika di rumah. Ia tak nyaman berada di lingkungan keluarga, banyak yang bilang, Angel itu menyusahkan dan tidak pintar. Keluarganya terus saja membandingkan Aqila dan Aksel dengan dirinya.

Untuk diberi kehangatan, apa harus menjadi seperti mereka?

"Angel, yuhuuu!" suara kencang bernada itu membuat Angel memutar bola mata malas.

"Apa, sih?! Ngapain ke kamar-nya Angel? Keluar sana!" usir Angel kepada lelaki yang lebih tua berbeda dua tahun dari Angel.

"Terserah gue, dong. Lo 'kan sepupu gue," kata lelaki itu dengan pedenya.

"Iya sepupu, bukan saudara kandung," peringat Angel. Mengingat sebuah batasan yang menurutnya tidak sopan.

Kamar dengan warna serba merah muda sangat mencolok, beberapa sofa memenuhi kamar Angel. Merah muda, adalah warna kesukaannya. Angel berdiri, mengambil hoodie putih di belakang pintu, segera ia memakainya lalu keluar dari kamar.

"Eh, mau ke mana lo? Udah malam!" pekik lelaki itu, mengejar Angel dari belakang.

"Mau makan," jawab Angel jutek.

"Yang bener dikit, dong, celana lo. Malam ini perkumpulan keluarga di ruang tengah, makan sama-sama. Banyak sepupu cowok yang datang," dumel lelaki itu. Berusaha menyamakan langkahnya dan langkah kaki Angel.

"Diem, deh! Hidup-hidup Angel gak usah diatur, lagian juga udah biasa pake celana pendek," sungut Angel menghentikan langkahnya, tepat di anak tangga untuk turun ke lantai satu.

"Gak sopan, Ngel."

"Kak Aiden diem! Gak usah atur-atur Angel," ucap Angel menekan.

"Ternyata bener ya, lo itu kekanakan. Ingat umur, dong, Ngel! Coba lo kayak sahabat lo yang namanya Aqila itu, cewek pikirannya dewasa, gak kayak lo. Susah banget dibilangin, yang malu juga nanti kedua orang tua lo," oceh Aiden.

"Ribet banget, deh. Ya udah, yang malu juga orang tua Angel bukan Angel," desis Angel membuat Aiden menepak keningnya sendiri.

"Gini amat punya sepupu."

Angel melanjutkan langkahnya menuju ruang tengah, melihat apa iya malam ini perkumpulan keluarga lagi dan lagi? Aiden mengikuti setiap langkah Angel, cowok berjas biru itu terlihat sangat tampan dengan karena tubuh yang cukup berotot.

"Loh, ada Aqila sama Aksel juga?" tanya Angel kaget saat melihat kehadiran kedua sahabatnya di ruang tengah.

Tampak, Aqila dan Aksel duduk di sofa yang telah disiapkan. Angel dengan celana pendek merah muda dan hoodie cukup kebesaran, menjadi pusat perhatian di keluarganya sendiri.

3A (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang