BAGIAN 14 || 3A

35 5 0
                                    

Kalau kamu terus sembunyiin perasaan itu. Kapan kita akan bersatu? Ayolah, saling mengungkapkan. Aku menyukaimu, sungguh.
•••

Banyak orang merasa bahwa gebetan-nya itu sedang mengode dirinya. Selain dunia yang bercanda, gebetan ternyata juga.

Aqila duduk di kursinya, menunggu bel masuk berbunyi. Hari ini, ia tidak berangkat bersama Aksel dan Angel. Kemarin Abi Yasha baru saja pulang, Abi memutuskan untuk mengantar Aqila ke sekolah.

Pagi-pagi begini, atas meja Aqila sudah penuh. Jas merah maroon ia letakkan di atas meja, buku-buku novel yang menceritakan sejarah, fantasi dan juga aksi. Aqila tidak suka membaca fiksi, seleranya berbeda.

Ketika bosan dan jam kosong, Aqila membacanya. Terkadang, pulang sekolah, membaca di perpustakaan.

Ia juga tidak membawa gitar putih kesayangannya, ntahlah ... mungkin Aqila lelah. Pikirannya saat ini masih penuh dengan satu pertanyaan yang lolos begitu nyaman di dalam otak Aqila.

Telinga Aqila tersumbat earphone yang sering ia kenakan saat suasana sepi seperti ini. Suara ketukan pintu tidak terdengar, seseorang yang sedari tadi berdiri depan kelas sebelas ips satu, berniat menghampiri Aqila.

"Pagi," sapanya tidak diladeni Aqila.

"Hm, selamat pagi," ulangnya.

Mata Aqila masih fokus membaca buku novel. Membuat orang itu tersenyum, melihat wajah Aqila dari dekat sini ternyata lebih sempurna.

"Aqilaaa!"

"Halo, Aqila."

"Gue Dirga," lanjut lelaki itu.

Aqila menoleh datar, "Gue tau. Lo ngapain di sini?" tanya Aqila seraya melepaskan earphone-nya.

Dirga tidak menjawab melainkan bergumam. "Gue boleh duduk di sini?" tanya balik Dirga, menunjuk kursi kosong di sebelah Aqila dengan dagunya.

Aqila mengangguk.
 
"Ngapain lo ke kelas gue?" tanya Aqila lagi setelah Dirga duduk di sebelahnya. Aqila menutup buku novelnya, hilang selera untuk membaca saat ini. Ia menatap Dirga, datar.

Dirga tersenyum lagi, ia menyodorkan banyaknya lembar kertas di tangan sebelah kanan. "Hasil latihan ips kemarin," ucap Dirga.

"Kok bisa ada di lo?"

"Bisalah, 'kan guru-guru percaya sama gue. Makanya nitipin ini ke gue," balas Dirga.

Aqila diam, membuat Dirga berdecak. Dirga meraih tangan kanan Aqila, meletakkan sekitar 30an lembar kertas itu ke tangan Aqila. Memegang punggung tangan cewek itu sebentar. "Nih, kalo temen-temen lo udah datang, kasih hasil latihan mereka," lontar Dirga.

Dirga kembali ke posisi awal, menjauhkan tangannya dari tangan Aqila. Lalu berdiri, "Oke. Gue rasa urusan gue di sini udah kelar, gue permisi," tutur Dirga.

Baru saja Dirga ingin membalikkan tubuh, Aqila memanggil namanya dengan pelan.

"Dirga."

"Ya? Jantung lo deg-degkan, ya karena dekat sama gue?" tanya Dirga cepat, membuat kening Aqila berkerut.

Dirga dengan santainya menghela napas pelan. "Kalo lo terus sembunyiin perasaan itu. Kapan kita bakal bersatu? Ayolah, Qil. Saling mengungkapkan. Gue suka sama lo, serius deh," lanjut Dirga terkekeh pelan.

3A (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang