BAGIAN 12 || 3A

41 5 0
                                    

Kalo mau pinter, ya harus rajin belajar. Jangan kebanyakan omong, sampe waktu itu habis sia-sia.
•••

Angel berlari seakan di belakang dirinya ada yang mengejar, rambut tergerai panjang mengibas kanan dan kiri, dengan bando kuning di kepala. Rok pendek dan dasi bewarna merah maroon serta baju seragam putih, tertempel di tubuhnya. Lariannya seperti anak TK, menuju kantin untuk membeli makanan.

Saat ini bukan jam istirahat, melainkan jam kosong. Suasana yang paling menyerukan di masa sekolah, ramai perbincangan, dan ramai pula suara tawaan.

Terkadang, ketua kelas mengikuti permainan siswa-siswi yang ada di kelasnya. Bukannya memanggil guru ganti atau meminta tugas ke kantor guru, ketua kelas malah menikmati keramaian kelas.

Suasana yang memang sangat menyenangkan adalah jam kosong. Bukan libur.

"Bu Liaaa! Beli gorengan lima puluh ribu, banyakin cabe sama tempe. Buruan, Bu, ntar ada guru," resah Angel. Memberikan langsung uang selembar lima puluh ribu di atas meja penjual.

"Iya, Angel," jawab Bu Lia si pedagang gorengan khas SMA Angkasa.

Bu Lia dengan gerakan cepat tangannya memasuki gorengan-gorengan yang masih hangat dan juga panas ke dalam plastik tebal, khusus dan sangat higenis.

Setelah selesai, Angel kembali lari terbirit-birit menyusuri koridor kelas. Langkah kakinya terhenti saat lelaki berkacamata bulat keluar dari koridor lainnya, pandangan lelaki itu ke arah lain. Membuat Angel memutar balikkan tubuh, tidak bergerak untuk berlari.

Angel bingung.

"Lo? Ngapain lo di luar kelas?" tanya sosok lelaki itu, langkah kakinya terdengar, mendekati Angel.

"Abis dari toilet," jawab Angel.

Ia menoleh ke arah lelaki yang menggunakan jas merah maroon, pakaiannya sangat lengkap dan rapi. Angel menyembunyikan plastik berisi gorengan ke belakang punggungnya. Lalu menyengir lebar.

"Apa, tuh?" tanyanya. Alvino, si ketua osis yang memang sedang patroli hari ini. Mungkin bersama temannya yang lain, tapi beda arah.

Angel tampak gelapangan, membuat kening Alvino berkerut. "Ini, pembalut! Ya, pembalut," balas Angel.

Alvino tertawa mendengar suara malu gadis itu, sedangkan Angel menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gak usah bohong, lo dari kantin 'kan? Gue sama anggota osis lainnya lagi patroli dadakan, kita tadi ke kelas sebelas ips satu. Ternyata, lagi jam kosong. Dan nyatanya lagi, salah satu siswi kelas unggul itu malah lari ke kantin untuk beli gorengan," imbuh Alvino. Jemari tangan lelaki itu tenggelam di saku celana.

Angel menunduk. "Iya, ini gorengan. Mau?" tawar Angel, menyodorkan bungkusan itu ke depan wajah Alvino, sedangkan Angel masih menunduk menatap sepatunya.

"Gak. Lo silakan masuk ke kelas, di kelas lo udah ada guru. Guru datang terlambat, karena ada kendala. Dan sekarang, materi kelas udah dimulai," jelas Alvino lugas.

Cowok tampan itu tersenyum, menundukkan kepala sekilas, lalu melihat arah depan koridor, berjalan melewati Angel yang masih tertunduk dengan tangan lurus ke depan.

"Eh?" Angel bersuara, melihat ke depan tidak ada Alvino. Ia menoleh ke belakang, Alvino sudah berjalan jauh.

"Astaga! Kelas!" ingat Angel, berlari menuju kelas.

***

Aqila duduk rapi sebagai anak teladan di kelas dan juga sekolah. Jemari tangan kanan bergerak dengan normal, menulis sebuah materi di buku catatan. Begitu pula dengan Aksel yang duduk di depan Aqila, cowok itu fokus, bahkan sangat-sangat fokus.

3A (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang