"Ini cuma kode biasa," tutur Aqila.
Angel menunjukkan kertas yang berisi kode tadi kepada Aqila dan Aksel. Dan memang benar, itu hanya kode biasa. Tidak ada teka-teki yang dimaksud. Tidak ada makna dari kode tersebut, hanyalah arti yang diketahui oleh anak-anak pintar dalam pelajaran matematika.
Bertahun-tahun SMA Angkasa ini sudah berdiri, sudah di-cap sebagai sekolah terbaik. Pembelajaran kode hanya didapat oleh kelas dua belas, setiap awal memulai pelajaran matematika, kode itu selalu ada.
"Terus?" tanya Angel.
Aqila mengangkat bahu acuh. Ia berkata, "Ini cuma sampah. Kertas yang biasanya keselip di lembar-lembar buku. Gue sering ketemu yang beginian di perpustakaan, dengan kode yang berbeda."
"Thomas, cowok ini pasti lagi nyemangatin pacar atau sahabat. Dan mungkin aja, yang nerima kertas dari Thomas diselipin ke buku matematika. Biar kenangan itu gak hilang," tambah Aksel.
"Gue sering lakuin itu," ujar Aqila, "Kayak kertas selembar diberi nama, biar anak-anak masa depan yang sekolah di sini bakal tau siapa gue."
"Oh, jadi ini cuma hal biasa di jaman dulu? Suka ninggalin kertas yang ada tulisan di buku, nanti Angel coba lakuin deh. Sekalian curhat, biar yang baca suatu saat nanti bakal terharu," lontar Angel menyengir.
"Terserah lo," ketus Aqila.
"Angel ngerasa nama Thomas kayak pernah dengar, gak asing. Tapi, siapa, ya?" tanya Angel melirik Aqila dan Aksel silih berganti.
"Bokap gue Thomas," jawab Aksel.
Aqila mengangguk. Sudah tau nama orang tua sahabatnya. "Ini surat dari bokap lo kali, untuk Mama Jeesy," ucap Aqila.
"Nama Thomas banyak, bukan cuma bokap gue. Thomas apa dulu tuh, nama lengkapnya? Bokap gue namanya Jonathan Thomas Giorgio," pungkas Aksel.
"Namanya, Thomas aja," imbuh Angel.
Mereka bertiga berada di dalam kelas, duduk di kursi masing-masing. Buku tebal matematika itu berada di atas meja Aqila, sedangkan Aksel dan Angel memutarkan kursi untuk menghadap Aqila. Melihat-lihat isi buku tersebut.
Bell masuk berbunyi, barulah Aksel dan Angel mengatur posisi duduknya. Aqila tampak bosan, ia lupa membawa gitar putih kesayangannya karena terburu-buru datang pagi tadi.
Tak lama, guru matematika dengan jenis kelamin lelaki. Menyapa anak murid kelas sebelas ips satu dengan ramah. Materi segera dikasih, guru lelaki yang tidak muda dan tidak terlalu tua itu mencatat materi hari ini di papan tulis putih.
"Pelajaran dimulai," ucap guru lelaki itu dengan suara beratnya.
***
Dua cowok yang semakin hari semakin akrab, sedang duduk di kursi taman belakang sekolah. Keduanya saling bercakap, mengenai kejadian atau hal-hal yang mereka rasa dan dapatkan akhir-akhir ini.
Saat ini sudah jam istirahat, satu lelaki dengan setelan polos anak SMA Angkasa. Mendengar bel, ia langsung berjalan keluar kelas meninggalkan kedua sahabatnya. Dan bertemu dengan satu lelaki, sahabat baru.
"Gimana kondisi lo sekarang?" tanya sosok lelaki yang menjadi sahabat barunya.
"Baik," balasnya.
"Lo ngapain ngajak gue duduk di sini? Ada yang mau lo ceritain?" tanya Bayu. Dia sahabat baru Aksel.
"Ada," balas Aksel.
"Sebelum bel masuk tadi pagi, dia ngingetin gue sama bokap. Thomas, itu nama bokap gue. Gak tau bokap lagi di mana, dan kapan mau pulang," ujar Aksel.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A (TERBIT)
ChickLit(Tamat) Menjelang sore, Angel yang sudah tau watak Aqila kalau lama-lama di mall dan membuang waktu belajarnya pasti akan marah. Dengan gerakan cepat Angel keluar dari mall saat turun dari eskalator. Aksel dan Aqila memandang cewek childish yang ber...