TWENTY THREE

768 31 8
                                    


Biasakan vote ya..
Vote gratis loh,gk berbayar kalian gk pake data aja udh ke vote 🙏🙏🙏

Dan mungkin ini part terpanjang ku, jadi jangan bosan-bosan baca book-ku ya 😄.
Dan jangan lupa tekan bintang di samping kiri pojok bawah🥺🙏🙏

Happy reading!

* * * * * * * * * * *

Di ruangan serba putih ini dengan bau yang khas terdapatlah seseorang yang tengah terbaring.

Sean, ialah orang yang tengah terbaring itu. Ia berada di rumah sakit tengah terbaring koma selama seminggu. Ia cukup beruntung karena Rizel masih mengasihani-nya. Jika tidak ia akan dibunuh dengan cara keji oleh Rizel karena telah menyentuh milik-nya.

Malang sekali nasib-nya karena tidak ada yang menjenguknya selama koma. Hanya dokter dan suster yang sesekali berkunjung ke ruangan-nya untuk mengecek keadaannya.

Dan sekarang pun seorang dokter dan suster tengah mengecek perkembangan keadaan-nya.
Dan suatu hal mengejutkan dokter dan suster itu. Tangan Sean bergerak perlahan-lahan. Kemudian dengan perlahan ia membuka matanya.

"Dok, pasien sudah sadarkan diri." ucap suster itu dengan nada terkejut. Dokter pin mencoba berbicara dengan sang pasien untuk memastikan keadaan-nya.

"Tuan, ada yang sakit katakanlah dimana yang sakit?" tanya sangat dokter.

"Belle..... Belle.... " ucap Sean dengan nada yang pelan. Namun masih dapat di dengar dokter dan suster tersebut.

"Nona Belle tidak ada disini tuan... Bagaimana keadaan anda apa ada yang sakit?" tanya dokter itu sekali lagi. Oh ayolah siapa yang tidak tau Belle, Putri dari seorang pengusaha besar. Tapi satu hal yang tidak diketahui orang lain bahwa Belle tengah dikurung di dalam mansion Rizel.

Sean menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan dokter itu mengenai keadaan-nya.
Ia kembali teringat dimana Belle di kurung di dalam mansion Rizel dan bagaimana dengan kejinya dan tanpa perasaan nya Rizel menembaknya. Ia merasa bersalah dan menyesal karena tidak bisa melepaskan Belle dari cengkraman si iblis Rizel. Tapi ia berjanji akan berusaha melepaskan Belle dari Rizel untuk selama-lamanya dan kembali lagi kepadanya dan menjalani hidup yang tenang yang seharusnya memang terjadi di antara mereka berdua, Sean dan Belle.

*     *     *

"Sayang, bantu aku mengeringkan rambutku." ucap Rizel memohon dengan nada manja dan jangan lupakan wajah memelas yang ditunjukkannya kepada Belle.

Sedangkan Belle yang sedang menyisir rambutnya sendiri, saat mendengar ucapan Rizel ia merasa jijik sangat tidak pantas dia mengatakan sesuatu dengan nada manja di tambah wajah memelasnya, sangat tidak cocok dengan wajahnya yang menyeramkan. Ingin rasanya memukul wajah Rizel dengan balok kayu mengingat perbuatan Rizel kepada dirinya dan Sean, tapi apa boleh buat ia tidak bisa berbuat apa-apa, ia terlalu lemah untuk melawan Rizel. Ia hanya menunggu suatu keajaiban dan mungkin ia akan berusaha sekuat mungkin untuk keluar dari cengkraman sang iblis Rizel. Bahkan iblis tidak sekejam Rizel.

Belle melangkahkan kakinya ke arah Rizel dan mengambil handuk yang tergeletak di atas tempat tidur.

"Manja... " umpat Belle namun masih di dengar Rizel.

"Oh ayolah sayang, aku manja hanya dengan dirimu. Tidak ada yang lain." ucapnya. Belle memutar mata nya malas. Malas menanggapi ocehan Rizel yang tidak berguna. Percuma di jawab akan memperpanjang percakapan mereka yang tidak akan ada habisnya nanti.

Your Obssession [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang