Hi? It's me, the author of this story.
Fyi, cerita ini aku tulis saat aku masih kelas 3 SMP, dengan pengalaman yang begitu minim, dan ilmu yang tak begitu luas. Even so, aku tetap menulisnya meski dengan diksi yang berantakan.
Aku menulis pembuka ini, 3 tahun setelahnya. Bukan, aku bukan seorang Maba, takdir membuatku bertahan di sekolah menengah lebih lama. So here i'm! Sibuk dengan praktik dan makalah yang membuatku merasa diperbudak oleh kurikulum baru.
Aku menata kembali semua diksi supaya rapi, dan memperbaiki kata-kata yang hilang. Meski begitu, ada banyak sekali kecacatan yang membuatku malu untuk mempublikasi ulang. Unfortunately, aku enggan untuk memperbaiki kecacatan itu. Aku membiarkannya untuk menunjukkan bahwa inilah karya paling tidak sempurna yang penuh cinta. (But, still pray for me to be successful in my next work, ok?)
I warn u before going any further, ini cerita ke dua yang terburuk yang pernah aku tulis! Sekaligus novel pertama yang aku tulis dengan penuh cinta.
Be Denial, or ... Be "ahahahaha¡"
Yap, ini cerita penuh cacat logika, i warn u, ini cerita yang cacat. Tapi terima kasih untuk waktumu yang terbuang demi membaca ini.
Warm regards, Aretha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Kamu
Teen Fiction"Gue benci manusia, mereka berisik," ketus Davio. Hilary mendengkus mendengarnya, "Kalau gue?" "Ini dan itu, beda ceritanya!" Bisa dibilang, kisah mereka tak mudah untuk dideskripsikan, tentang bagaimana Davio yang menyukai kebebasan, dan Hilary yan...