16

8 4 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Jika melupakanmu adalah satu-satunya jalan untuk bisa melepaskan hati dari bantai suram luka masa lalu, maka aku rela.

.

Senin, 23 Desember 2019
11:09

"Liatin siapa?" Suara dari arah belakang tubuhnya membuatnya terlonjak kaget.

"Kak Davio lah, siapa lagi," sahut Arya sinis.

"Sensi mulu, lagi PMS?" cibir Iddo tanpa rasa jengkel. Ia terbiasa dengan sifat temannya yang satu itu.

"Ya kali cowok bisa PMS," ejek Sean yang tertawa kecil ketika tahu objek pandangan Iddo sedari tadi. Lalu kemudian senyum jahil terukir di wajahnya, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Iddo, dan berbisik, "Do, kayaknya omonganmu bener, deh. Kak Davio mirip banget sama si Alza." Sean menatap Davio lekat.

"Udah, jangan diperhatiin mulu! Kalo kesangkut ga sengaja, baru tahu rasa," celetuk Iddo memperingati. Ia sendiri jengkel karena Sean menatap Davio begitu jeli.

"Huh, pengalaman, ya?" ejek Arya, kemudian terbahak membayangkan betapa Iddo dahulu selalu menghentikan laju geraknya jika Davio melintas di depannya.

"Makanya, kamu sih main perasaan," sambung Sean.

"Aku ga ada ya main perasaan!" sergah Iddo tak terima.

"Tapi kenyataannya?" cibir Sean.

Iddo menyanggah, "Aku cuma godain doang ... tertarik aja-"

"Godain? Ujung-ujungnya tergoda. Tertarik? Tapi hatinya ga berhasil ditarik!" Sean terbahak penuh kebahagiaan ketika melihat raut wajah Iddo yang frustasi.

"Kalian ngomong apaan, sih?! Awalnya aku cuma pengen buat dia senyum aja, habisnya ga pernah lihat senyumnya," ujar Iddo. Yang memang mengakui bahwa ia terjebak dalam permainan yang ia ciptakan sendiri.

"Lupain ajalah. Katanya dulu nge-fans kak Zevanya." Sean menyulut rokoknya setelah yakin tak ada pengurus yang akan melintasi lorong.

"Aku udah coba!"

"Terus? Gagal? Ga berhasil? Halah! Allah belum mengizinkanmu melupakannya." Arya menepuk pundak Iddo dengan keras.

"Tradisinya sih, kalo juniornya anak geng, seniornya juga anak geng. Lah ini?" cibir Sean.

"Cari yang pasti-pasti ajalah," saran Arya.

Iddo menghembuskan nafas jengah karena 2 teman yang tak pernah sepemikiran dengannya. Matanya masih menatap Davio yang berinteraksi dengan teman seangkatannya, Syarif Carsten. Sebenarnya, sudah lama dia curiga kalau Davio dekat dengan salah satu anggota WLF, ia ingin bertanya pada Ridho, tapi ia sungkan.

Teruntuk Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang