Seistimewa apa sih kamu? Hingga aku rela memperjuangkanmu, yang bahkan bukan siapa-siapaku.
.
Minggu, 15 Desember 2019
08:43Jika Jum'at adalah hari libur, maka Minggu adalah hari istirahat. Dalam asrama Harapan Bangsa, ada peraturan tak tertulis yang wajib ditaati pada hari ini. Yaitu: dilarang membuat gaduh. Boleh berkumpul, tapi tidak dengan menciptakan keramaian.
Hilary yang terdiam di atap asrama juga merasakan keheningan dari seluruh penjuru asrama. Hilary mengucapkan terima kasih banyak pada siapa pun murid pendahulu yang menciptakan peraturan aneh ini.
Tapi, kemudian, kedamaian Hilary terusik dengan tampaknya wujud Davio di taman belakang asrama. Dadanya bergemuruh hebat. Ingatannya kembali pada sosok tegar yang rapuh itu, tatap matanya yang tajam tapi terkadang kosong, dan gerak-geriknya yang terkadang angkuh menjadikan Davio begitu berbeda di mata Hilary.
"Gimana, Hil, udah ada balasan?"
Nawal, salah satu dari empat gadis yang termasuk anggota geng WLF berdiri tenang di samping Hilary dengan menghisap sebatang rokok.
"Yang lain pada ke mana?" Hilary masih betah menghadap ke arah taman.
"Ngumpul di Pakistan, Zaky demam," jawab Nawal yang tersenyum kecut ketika melihat Hilary sama sekali tak merubah arah pandangannya. "Hil?" Nawal memanggil lagi, meski sedikit terusik, Hilary tetap menanggapi panggilan itu. "Ga usah kebanyakan berharap, mending urusi gosip-gosipmu tentang kak Aida," saran Nawal yang kemudian membuang rokoknya dan menginjaknya.
"Buat apa? Biar kak Davio ga tahu? Percuma, dia udah tahu segalanya," keluh Hilary menghela nafas.
"Kamu yakin?" Nawal yang memang tidak terlalu tahu permasalahannya sedikit ragu dengan ucapan Hilary.
"Kalo diumpamakan air, kak Davio itu air tenang yang dalam."
Diam, tapi mudah menghanyutkan.
"Aku faham, itu artinya kamu harus lebih hati-hati, kan?" Nawal tersenyum puas.
"Ya ... gitulah," jawab Hilary mengangguk.
"Aku balik, Hil ... ada titip salam?" pamit Nawal, menepuk bahu Hilary.
"Sama si Zaky. Bilangin cepet sembuh, kalo sampe lusa udah sembuh nanti aku traktir menu spesial kantin tiga hari berturut-turut. Terserah pilih yang mana," ketus Hilary yang memutar bola matanya ketika Nawal nyengir.
"Besok-besok kalo aku sakit, lakuin hal yang sama, oke?" Nawal mengacak-acak rambut Hilary.
"Ogah!" pekik Hilary sembari menampik tangan Nawal dari kepalanya.
"Oke deh!" teriak Nawal riang, mengabaikan Hilary yang menolak permintaannya.
Memasuki tangga untuk turun ke bawah, Nawal menegakkan tubuhnya dan memasang wajah polos. Di mata murid lainnya, Nawal adalah gadis yang kekanakan, postur tubuhnya yang tergolong amat pendek dibanding murid lain seangkatannya. Dalam pandangan teman-temannya, Nawal hanya gadis keras kepala, sering merasa benar sendiri dan egois. Lugu dan childish, membuat teman-temannya merasa harus melindungi gadis itu. Tak satu pun yang mengetahui sifat aslinya yang berbanding terbalik dengan topengnya. Kecuali Hilary. Hanya Hilary yang tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Kamu
Teen Fiction"Gue benci manusia, mereka berisik," ketus Davio. Hilary mendengkus mendengarnya, "Kalau gue?" "Ini dan itu, beda ceritanya!" Bisa dibilang, kisah mereka tak mudah untuk dideskripsikan, tentang bagaimana Davio yang menyukai kebebasan, dan Hilary yan...