Tidak ada keputusan benar atau salah,
yang ada keputusan dengan konsekuensi.
Keputusanku untuk mengenalmu lebih jauh,
dan mendapatkan konsekuensi terbesar, adalah yang kupilih..
14:47
Davio menatap tajam Nayaka yang hanya menunduk, pandangan Davio pun beralih pada bungkusan yang ada di atas bantalnya.
"Apa ini?" Ucapan Davio yang dingin terasa menusuk jantung bagi Nayaka.
"Ga ada, Dav, dia cuma titip ini. Padahal, kurasa kamu cuma pura-pura sakit." Nayaka berdecak, ia juga tak mau seperti ini sebenarnya, apalagi dengan keadaan Davio yang tidak bisa dibilang baik.
"Balikin!" sahut Davio.
"Ga mau lah, balikin aja sendiri," timpal Nayaka jengkel, dikiranya datang ke sini untuk bicara tidak membuatnya menguras waktu apa?
"Pake baju gini?" Davio menunjuk piyama hitam yang melekat di tubuh kecilnya dengan jengkel, "Tega banget, Nay!"
"Tigi bingit, Niy! Intinya, aku ga mau balikin. Minum!" perintah Nayaka
"Buat apaan? Sakit aja enggak," cibir Davio malas, ia sudah terbiasa sakit tanpa obat.
"Dia nyuruh minum!" Nayaka mulai gemas, ia harus memastikan Davio benar-benar meminum obatnya atau ia tak bisa kembali.
"Akunya ga mau!" Davio memutar bola matanya lalu melanjutkan, "Lagian, nanti sore aku juga udah ikut kegiatan."
"Oke, aku bilangin ke dia kalo kamu ga mau minum," ancam Nayaka, tapi Davio malah merasa tertantang.
"Bilangin gih, emang dia mau apa? Lagian bingkisannya udah aku terima!" Davio menatap Nayaka dengan tampang mengejek.
"Ya udah lah, emang susah menasehatimu, susahnya kaya matiin api neraka!" Nayaka meraup wajahnya langsung turun dengan wajah dongkol.
"Balik aja, kalo bisa jangan ke sini lagi!" Nayaka hanya memberikan lirikan tajam dan langsung ke luar kamar.
Davio menatap gamang bingkisan itu, lalu mengintip isinya. Seketika alisnya terangkat tinggi-tinggi. Heran, ada makanan yang ia sukai di dalamnya.
"Dav! Ada kiriman es nih!" Mendengar suara Talita dari arah bawah Davio merendahkan kepalanya ke bawah.
"Es apaan?" Davio melirik bungkusan yang dibawa Talita, tapi warna plastiknya hitam, ia jadi tidak bisa tahu es macam apa yang ada di dalamnya.
"Dhia! Hilary bilang ini es apa tadi?!" sorak Talita, meneruskan ucapan Davio ke Dhia yang sedang sibuk makan. Davio yang mendengar Hilary ada sangkut pautnya langsung masam.
"Nutrisari jeruk nipis!" Talita meneruskan ucapan Dhia ke Davio. Dengan wajah malas Davio mengambil es tersebut dan ia tempelkan ke dahinya sembari berbaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Kamu
Teen Fiction"Gue benci manusia, mereka berisik," ketus Davio. Hilary mendengkus mendengarnya, "Kalau gue?" "Ini dan itu, beda ceritanya!" Bisa dibilang, kisah mereka tak mudah untuk dideskripsikan, tentang bagaimana Davio yang menyukai kebebasan, dan Hilary yan...