3

36 31 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Izinkan aku menjadikanmu sepotong kenangan, yang tidak akan terlupakan, di masa yang akan datang.

.

Jum'at, 13 Desember 2019
09:13

"Davio serius ga nitip apa-apa? Anak-anak lagi panggil kurir, lho!"

Maya memegang kertas dan pulpen berteriak ke arah Davio yang ada di sudut kamar, sedang menulis. Kurir yang Maya maksud di sini, adalah junior yang diperintah senior untuk pergi dan melakukan apa yang si senior minta. Kurir kali ini diperintahkan untuk pergi ke kantin dan membeli apa yang seniornya titipkan. Terdengar seperti perbudakan, tapi yang namanya tradisi, apakah bisa dihentikan?

"Nutrisari, uang nyusul!" balas Davio, juga dengan suara keras, pagi ini cukup bising karena Jum'at memang hari libur.

"Oke!" balas Maya tak kalah nyaring.

Davio pun melanjutkan aktifitasnya yang tertunda. Tapi sosok yang tiba-tiba duduk di sebelahnya membuat Davio menghentikan laju tangannya.

"Apa, Di?" tanya Davio setelah melihat Audi terdiam menatapnya.

"Mau nanya, Hilary kemarin ngapain ke sini?"

2 detik setelah Audi mengatakannya Davio menelan ludah, sedikit takut.

"Tau tuh, mereka datang-datang minta cerita," jawab Davio tanpa melirik Audi.

"Udah pernah datang, ya, sebelum ini? Kok kayaknya udah akrab sampe cerita-cerita gitu?" Audi melirik Davio heran.

Sadar kalau ini bukan sekedar interogasi biasa, Davio memutuskan untuk tidak bereaksi berlebihan dan tidak menampilkan air mukanya. "Yang kemarin kedua kali, yang pertama kali hari kamis, sesudah ngaji ba'da Maghrib.¹ Kenapa emang, Di?" Davio menanggapi wajah was-was Audi dengan tenang.

"Geng samping ada yang liat, ga?" Tangan Audi menggenggam roknya erat.

Davio menggeleng tenang. Ia mulai faham dengan inti pembicaraan.

"Jangan sampe ada apa-apa, ya, sama Hilary?" Audi memohon.

Davio mengangguk tenang.

Tapi hatinya tidak yakin, getar itu mulai hadir ketika wujudnya mulai tampak. Di sisi lain, Davio memikirkan teman yang sebenarnya bukan tempat bergaulnya, yang bukan lain adalah sebuah geng. Jelas sudah kalau ia akan turut tersangkut jika ada permasalahan di antara geng.

"Dav, Nutrisarimu rasa jeruk nipis!" Maya mengulurkan es pesanan Davio dari kantong plastik.

Davio mengernyit, "Jeruk nipis? Siapa emang kurirnya?" heran Davio. Tak satu pun temannya tahu — kecuali teman dekatnya, kalau ia menyukai segala yang berbau nipis.

"Ga tahu pastinya, tapi yang ngasih tadi Hilary, tapi dia ga bilang tuh, kalau kamu suka jeruk nipis. Emang kamu suka?" tanya Maya, menatap Davio lekat sembari mengeluarkan jajanan milik teman-temannya dari kantong plastik.

Teruntuk Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang