4

45 30 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Kamu datang, seperti dia datang dahulu. Menganggapmu sama seperti dia adalah kesalahanku. Yang ingin kukatakan padamu, hanyalah maaf untuk segala yang telah lalu.

.

Sabtu, 14 Desember 2019
11:12

"Lagi nulis apa Dav? Serius amat! Amat aja ga serius-serius!"

Nayaka yang nongol di samping Davio tanpa aba-aba membuat Davio kaget lantas menjatuhkan pulpennya.

"Ga penting, udah sana!" sorak Davio sembari mengambil pulpennya yang terjatuh.

"Aku itu ada kabar, Dav, makanya kesini!" Nayaka melirik sekitarnya, memastikan kalau murid-murid lainnya sedang fokus menulis.

"Penting emang? Kalo engga mending ke laut aja, biar dimakan ikan piranha!" tukas Davio kejam.

"Sadis amat, Neng." Nayaka terbahak pelan, "Kemarin ada yang datang ke kamarku ...." Nayaka memberi jeda, sekedar untuk melihat ekspresi Davio yang barangkali berubah, tapi ternyata tidak.

"Malaikat Izro'il? Kenapa masih disini? Bukannya di kuburan?" Davio tak mengacuhkan Nayaka dan lebih memilih menimang pulpen kesayangannya, tatapannya lurus ke papan tulis, memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas menulis dari sekretaris paling niat sejagad raya.

"Ih ... perhatiin dong, kalo ada orang ngomong!" protes Nayaka yang merasa terabaikan.

"Emang biasanya aku fokus kalo dengerin orang ngoceh?" celetuk Davio tetap tak acuh.

"Ini tuh penting!" Nayaka meringis, sedikit gemas dengan teman mungilnya yang satu ini.

"Bagimu, tidak bagiku. Lagian dari tadi bacot mulu, to the point dong!" Davio meletakkan pulpennya ke atas meja dan menghadapkan tubuhnya ke arah Nayaka.

"Hilary datang ke kamarku kemarin, dan ngasih ini, titip buat kamu." Nayaka pun memberikan selembar kertas yang dilipat rapi.

"Apaan tuh? Surat cinta untuk Starla?" tanya Davio, kedua alisnya bertaut. Tak suka, maka ia tak mau menerimanya.

"Ambil, gih!" Nayaka mengulurkan tangannya.

"Ga ah, ada-ada aja. Balikin sono ke anaknya!" Davio bersendekap, bersikeras tak mau menerimanya.

"Terserah kamu, sih, pokoknya aku udah ngasih ke kamu dan menyampaikan amanah." Nayaka menaruh surat itu di meja dengan sedikit sentakan, suara gaduh meja yang dipukul terdengar cukup keras membuat seisi kelas kaget. Tapi apesnya, bertepatan itu pula Mahya Nisrina, sang guru IPA memasuki kelas dan menatap mereka tajam.

"Nayaka Kirana! Kamu jawab soal nomor satu dengan berdiri!" perintah Mahya menatap sengit Nayaka yang gelagapan, Nayaka lemah dalam pelajaran ini.

"Sudah nasib," ejek Davio.

Teruntuk Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang