1

63 31 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apa sih yang kamu bawa untuk hidupku?
Hingga aku sudi tersenyum padamu ketika kita pertama kali saling menghadap?

.

Rabu, 11 Desember 2019
18:36

Dalam kamar berukuran 5x5 itu, seorang gadis tidur telungkup di atas karpet berbulu. Membuka lembar demi lembar binder note-nya, dan membacanya sembari kadang menghela nafas berat. Membaca ulang diary selalu saja membuatnya merasa seperti saat ini, berat dan sesak.

"Menatap manusia dengan kesibukannya membuat perut terasa bergejolak, apakah hasil dari kesibukan itu akan mereka bawa mati? Apa pentingnya melanjutkan hidup?" Gadis itu membaca tulisannya yang ia tulis beberapa minggu lalu. Menyerap maknanya, dan tenggelam dalam lamunan masa lalunya. "Sekarang hari Rabu," bisik gadis itu pada dirinya sendiri, sebelum kemudian menatap ke sekelilingnya dengan tatapan bosan. Ada 3 buah ranjang bertingkat, yang spreinya tak serapi seharusnya.

Dia tinggal di sebuah asrama yang namanya tersohor, setiap kamar berisi enam orang. Fasilitasnya lumayan lengkap. Namun, tak cukup membuat gadis itu merasa betah.

"Assalamu'alaikum ... Kak Davio!"

Tiga anak laki-laki yang kelas pendidikannya satu tingkat lebih rendah darinya nongol di pintu kamar yang memang sejak tadi tak tertutup rapat.

"Wa'alaikum salam?" Gadis yang dipanggil Davio itu menatap datar pada sosok yang lengket pada kusen pintu.

"Mau nanya sesuatu, Kak! Kita ga ganggu 'kan?" tanya sosok yang berdiri mengintip paling depan.

Davio mengangguk. Tanpa dipersilahkan, 3 murid laki-laki itu langsung duduk di depan Davio dengan jarak kurang lebih satu meter. Davio sendiri sebenarnya hanya mengenal mereka sebatas nama. Itu pun ia dengar dengar dari teman-teman sekamarnya yang merupakan anggota geng.

"Kak, apa benar gosip-gosip yang bilang kalo Irfan ada hubungan sama kak Audi?"

Mendengar pertanyaan itu, Davio menghela nafas, ini bukan ranahnya. Seandainya saja, mereka menanyakan tentang kehidupan, pasti dengan lancar Davio akan menjawabnya. "Kenapa nanya gitu?" tanya Davio balik. Sejujurnya, ia enggan mengakui kalau ia tak mampu menjawabnya. Meskipun sebenarnya ia tahu sedikit-sedikit mengenai hal tersebut.

"Kalo gosipnya bener, kan Alfian ga ada gunanya berjuang, mending pindah ke lain hati aja," cecar murid di sisi kanan, sebab mendengarnya, Davio tersenyum tiba-tiba.

Sosok yang dikenal Davio bernama Hilary terperangah. "Woaa ... Kak Davio bisa senyum ternyata!" sorak Hilary yang diikuti cuitan Alfian yang terdengar sangat menjengkelkan di telinga Davio yang senyumnya kembali surut.

"Ga guna banget mikirin hal yang ga penting begitu, target hafalan kalian sudah tuntas?" tanya Davio mengalihkan topik.

Di asrama ini, ada program hafalan Al-Qur'an, cukup sepuluh juz dalam tiga tahun, namun disertai artinya dan pendalamannya juga. Kelulusan mereka memang tergantung pada nilai ijazah. Tapi wisuda atau tidaknya mereka, tergantung pada lulus atau tidaknya tes-tesan pada program hafalan ini.

Teruntuk Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang