9

23 18 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Mencari alasan untuk tetap bertahan, emang ga gampang. Apa lagi bila ada trauma dari beberapa kenangan, darinya yang masih membekas dan sangat mengecewakan.

.

21:40

Davio larut dalam keriangan kamarnya yang meriah. Dhia, Seza, Talita dan Pamela, menggendang nakas, kardus, maupun buku untuk mengiringi lagu yang Nirmala lantunkan. Tingkah laku Itha, Selma dan Tarisha yang konyol menambah keramaian kamar tersebut. Maya dan Anya menjadi beking Nirmala, Farrell sedang diluar, Audi dan Adine cukup mengawasi, seperti yang Davio lakukan

"Ada request lagu?!" teriak Nirmala begitu lagu yang ia nyanyikan sudah selesai.

"Mundur Alon-Alon¹ bisa?" Adine mengangkat tangannya.

"Bisa sih, tapi ga seru dong kalo segampang itu ...." Maya berdehem.

"Backing mundur! Backing mundur! Davio duet sama Nirmala!" sorak Seza. Seketika kamar itu menjadi seramai pasar.

"E, eh ... Aku belum kasih persetujuan lho ya!" Davio panik seketika, ia melotot pada Seza yang nyengir.

"Harus dong!" Nirmala menarik tangan Davio agar duduk di sampingnya.

"Mari kita saksikan, sebuah penampilan spektakuler dari Davina Illona Ozora! Berikan tepuk tangan yang meriah!" sorak Anya, dan kamar itu benar-benar seramai pasar malam.

"Aku ga mau!" jerit Davio yang dibalas pelototan oleh Seza, Talita dan Maya.

"Aku tahu suara kamu emas, Dav! Yuk duet!" sedetik setelah Nirmala mengatakannya, kamar dengan 13 anak itu menjadi sangat heboh.

Teman seangkatannya yang sudah terbiasa dengan kegaduhan kamar tersebut mengabaikannya. Berbeda dengan adik kelas yang malah kepo dan mengintip dari celah pintu yang tak tertutup rapat ataupun jendela yang tirainya tersingkap sedikit.

Oke, Davio rasa ia harus mengalah. Meski ia tidak terlalu menyukai musik berbahasa Jawa, tapi lagu yang akhir-akhir ini seolah menjadi wabah di asrama mau tak mau harus Davio dengarkan.

"Nir, kamu pertama." Davio duduk bersila.

"Aku ngalah, duduk mergo, aku wes ra sayang. Aku mundur, duduk mergo, tresno ku wes ilang." Nirmala tersenyum lalu berdehem, meminta Davio melanjutkan.

Davio mengambil nafas panjang, bersiap untuk nada tinggi.

"Nanging ... Aku iki ngerteni ... Yen dirimu lebih sayang arek kae ..."

Dan sorakan meriah menjadi pembuka reff selanjutnya yang dinyanyikan Davio bersama Nirmala.

"Aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo, mung digoleki pas atimu perih ... Aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo, mung dibutuhno pas atimu loro ...."

Teruntuk Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang