Jika rindu harus membayar, aku rela membelinya.
Berapa pun harganya, hanya untuk sekedar merindukanmu..
Selasa, 24 Desember 2019
09:28
"Dav! Ada novel lagi!" sorak Anya setelah memasuki kamar dengan mengangkat tinggi-tinggi novel dengan cover abu-abu gelap di tangannya.
"Judulnya?" Davio yang berada dikasurnya sontak menatap ke arah bawah, ke arah di mana Anya menatapnya dengan raut gembira.
"Cloudy Charcoal! Bagus Dav, ceritanya!" jerit Anya lagi.
"Setelahmu deh," ucap Davio spontan.
"Lah, setelahku banyak, Dav. Bentaran, kuingat dulu. Ng, ada Kahlil, terus Ida, mm, Ula, terus si Dei ... banyak Dav, bingung!" jawab Anya meringis.
"Aku potong antrianmu aja gimana?" Davio bernegosiasi, "Novelnya tipis gitu, dua jam paling juga udah kelar."
"Boleh, tapi nanti, ya. Nunggu aku ngantuk dulu." Anya terbahak.
"Okay, kutunggu," balas Davio, yang kemudian langsung kembali fokus pada binder note-nya.
Davio merogoh sampul binder note-nya yang bagian dalamnya serupa dompet, lalu tersenyum kecil menatap benda yang baru saja ia ambil. Sebuah buku catatan berukuran sedang yang penuh kenangan.
Davio membuka lembar demi lembar setelah membacanya satu persatu. Untuk kemudian terpaku setelah membaca pada suatu halaman yang dipenuhi tulisan kecil-kecil.
~Sat, 10-08-19
Hari ini badanku panas, sebenarnya ga sakit, tapi mungkin karena efek samping dari hujan-hujanan malam tadi. Hujan nenangin hati, makanya refleks main-main dibawahnya.
Kak Eby datang jenguk, bawa secangkir teh hangat dan obat demam, aku terima tehnya tapi tidak obatnya. Dia heran dan tanya kenapa menolak, terus kujawab dengan sedikit candaan kalo obatku bukan kapsul gituan, tapi novel. Dalam hati berharap kak Eby bakal bawain novel beneran. Ngakak:-D
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Kamu
Teen Fiction"Gue benci manusia, mereka berisik," ketus Davio. Hilary mendengkus mendengarnya, "Kalau gue?" "Ini dan itu, beda ceritanya!" Bisa dibilang, kisah mereka tak mudah untuk dideskripsikan, tentang bagaimana Davio yang menyukai kebebasan, dan Hilary yan...