Hingga sekarang, aku masih diam dalam sebuah bimbang,
ketika perasaan itu datang perlahan,
pada jarak waktu yang tak terlalu lama,
dan pada orang yang berbeda..
Jum'at, 20 Desember 2019
08:58
"Seandainya di sini boleh bawa ponsel!" keluh Seza dengan suara keras.
"Pasti sekarang lagi scroll-scroll IG," sahut Selma.
"Kalo boleh sih, laptop aja." Davio mengerang, ia bosan.
"Aku sepemikiran," sahut Nirmala yang berbaring di kasur bawah Davio.
"Dav! Dari Berlian, katanya titipan dari Dei!" Adine melemparkan sebuah buku tebal bersampul kertas kado berwarna abu-abu.
"Dei?" Davio loading. Lalu mendapat pencerahan ketika membuka halaman pertama buku itu dan membaca tulisa Dignitate.
"Dei Gea Chiyoko! Anak TGR itu lho," sahut Dhia mengingatkan. Davio hanya manggut-manggut karena memang sudah tahu sebelum Dhia mengatakannya. Davio turun dan menyimpan novelnya ke laci meja, tapi selembar kertas jatuh dari selipan novel menghentikan langkahnya.
Davio membukanya, dan tersenyum kecil sesaat setelah membacanya.
Kak Dewasa! boleh curhat kan?
Tapi ga di kertas ini, terlalu panjang!
Gedung sekolah 09:30.
Jangan lupa bawa balasannya!Davio melirik jam tangan hitamnya. Jam sembilan ... aku punya waktu untuk lima belas menit untuk menulis jawaban dan lima belas menit sisanya untuk perjalanan.'
Davio berjalan ke arah meja belajarnya dan membuka sebuah buku kecil yang menyimpan banyak lipatan kertas dalam selipannya. Lalu ia mengambil salah satu yang bertuliskan 191219. Ia menyobek selembar kertas dan mengambil pena bertinta biru.
Davio membiarkan laju tangannya bergerak sesukanya. Ia berpikir, entah apa nanti yang tertulis, itu sudah terlebih dahulu tertulis di buku takdir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Kamu
Teen Fiction"Gue benci manusia, mereka berisik," ketus Davio. Hilary mendengkus mendengarnya, "Kalau gue?" "Ini dan itu, beda ceritanya!" Bisa dibilang, kisah mereka tak mudah untuk dideskripsikan, tentang bagaimana Davio yang menyukai kebebasan, dan Hilary yan...