"Kenapa pada hidupku, bahagia hanya singgah sementara?"
Adalah pertanyaan yang ingin kukatakan padamu, padahal kau pernah melontarkan tanya itu padaku..
Minggu, 22 Desember 2019
11:13"Hari ibu?" Selma mengernyit heran.
"Ya ampun! Masa ga tahu sih?! Ini tuh Hari Ibu sedunia! Hari internasional! Kuno amat!" Aza mendelik gemas.
"Enam belas tahun hidup di dunia masa ga ngeh kalo ada hari Ibu sih, Sel?" Pamela menggeleng heran.
"Bodo amat! Hari Ibu-Hari Ibu segala, bikin repot aja," celetuk Talita, dibalasi tatapan tidak suka oleh Adine, Audi dan Anya.
"Ga sopan kaya gitu, Talita," ujar Adine.
"Ga menghormati itu namanya," sambung Audi.
"Ibu itu yang ngelahirin kita ke dunia," lanjut Anya.
"Ga ada ibu ga bisa hidup kamu!" tambah Seza.
"Jangan kan hidup, tercipta aja engga," sahut Selma.
"Sementang kalian akur sama ibu kalian," sindir Talita.
"Bukan gitu Ta-"
Audi yang sudah siap mendebat, terlebih dahulu dipotong oleh Davio yang bermalas-malasan di kasurnya.
"Semuanya punya persepsi masing-masing, guys! Ga usah ribut-ribut lah! Hari istirahat ini! Lagian, hari Ibu segala. Kalau ada hari yang harus dispesialkan itu harusnya hari lahir mereka, apaan tuh hari Ibu. Kalau kalian emang sayang sama bonyok kalian, semua hari itu spesial selama nafas mereka masih berhembus, asalkan kaki mereka masih menapak di atas tanah, jantung mereka masih berdetak, dan jasad mereka masih belum berkalang tanah," oceh Davio panjang kali lebar tambah luas kali tinggi, karena ia jengah mendengar perdebatan tak bermutu itu.
"Bu haji ceramah, oy!" pekik Itha.
"Dengerin tuh. Semua orang punya pandangan sendiri-sendiri. Ada yang hormat ke orang tuanya karena sayang, kaya kalian ini. Ada yang hormat karena takut. Ada juga yang ga hormat karena emang mereka ga pantas dihormati," sarkas Talita.
"Istighfar, Talita," canda Pamela sembari mengelus dadanya.
"Ga perlu istighfar segala, kalo kenyataannya emang gitu. Minta maaf ke Allah buat siapa? Kita? Ya kali, kalau kita udah mampu menerima bonyok apa adanya dan betah buat selalu berlaku hormat. Atau minta maaf buat bonyok? Kalo mereka mau tobat aku istighfar-in sejuta kali dah!" sahut Davio sinis sembari memainkan tasbih hitam berkilau di tangannya.
"Aku fans-mu Dav! Tanda tangannya jangan lupa, ya," sorak Seza, Dhia menanggapinya dengan gelengan.
"Bagaimanapun orang tua kita, mereka tetaplah sebab kita ada di dunia ini, menikmati indahnya hidup. Kalau kalian mikirnya gitu, sama aja ga mensyukuri nikmat kehidupan kalian," Dhia mengatakannya dengan super hati-hati, ia tahu benar sedang berhadapan dengan siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Kamu
Roman pour Adolescents"Gue benci manusia, mereka berisik," ketus Davio. Hilary mendengkus mendengarnya, "Kalau gue?" "Ini dan itu, beda ceritanya!" Bisa dibilang, kisah mereka tak mudah untuk dideskripsikan, tentang bagaimana Davio yang menyukai kebebasan, dan Hilary yan...