Aku pernah berkata padamu, kalau aku tak akan bisa menjauhimu. Karena sejatinya kau lah yang mendekatiku. Tapi rupanya kau bosan menunggu, hingga aku kembali padamu. Kau tak mau tahu kalau aku sekedar menghindarimu. Tapi kau malah menjauhiku, bukan untuk sementara waktu melainkan sampai akhir waktu.
...
13:03
"Iya, Kak, iya janji ga bakal ghibah lagi." Nawal menunduk sedalam-dalamnya.
"Janji doang, gigi lo rompang," cebik Davio jengkel, sebelum kelima junior itu tertawa terbahak-bahak.
"Pasti seru ghibahnya, apalagi sampe ga sadar kalo objek ghibahnya pindah tempat," sindir Davio melanjutkan ucapannya.
"Hehe, Kak Davio ga marah, kan?" tanya Alfian, dalam hatinya was-was karena masih trauma setelah mendengar cerita Syarif tadi.
"Marah lah, jengkel, tersinggung pula ... pengen banget ngelempar kalian semua ke bawah sono." Davio melirik Hilary sinis.
"Jadi orang jahat ga baik lho, Kak," celetuk Nico setengah bercanda.
"Jadi terlalu baik juga ga baik," sambar Davio.
"Kita satu server, Kak!" sorak Nawal, Davio mendengus.
'Tahu gini, ke taman belakang asrama aja ... boro-boro mau nenangin diri, yang dapat malah sakit hati.'
Davio berbalik, dan berjalan ke arah tangga dengan langkah pelan, ia meresapi rasa hatinya yang campur aduk. Tapi bayangan dari arah belakangnya, amat mengganggunya.
"Hil! Berhenti ngikutin aku dong! Ak-"
"Maaf ya kalo ganggu, tapi Kak Davio pasti mau ngeluangin waktu buat ngomong sama aku, kan?"
Dan Davio langsung kicep setelah mendengarnya.
"Cepet," sahut Davio.
"Bisa bicara di pojok sana?" Hilary menunjuk arah sudut dengan jempolnya, Davio melirik ke arah yang Hilary tunjuk dengan tajam. Melihat Davio yang betah bergeming, Hilary meraih tangan Davio dan menariknya, nano detik kemudian Davio menghempaskannya dengan kasar. Menuai tatapan kaget Alfian, Syarif dan Nawal, Nico hanya tersenyum sinis.
"Aku bisa sendiri, punya kaki dan punya mata," sarkas Davio, dan Hilary mengulum senyum maklum.
"Cepetan mau ngomong apa," desak Davio yang mulai tak nyaman dengan keadaan disini.
"Apa Kak Davio indigo?"
Dan Davio melongo, tak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. "Ngapain tanya tentang itu? Yang lain!" tolak Davio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Kamu
Teen Fiction"Gue benci manusia, mereka berisik," ketus Davio. Hilary mendengkus mendengarnya, "Kalau gue?" "Ini dan itu, beda ceritanya!" Bisa dibilang, kisah mereka tak mudah untuk dideskripsikan, tentang bagaimana Davio yang menyukai kebebasan, dan Hilary yan...