10

27 18 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Jika mengharapkanmu hanya membuahkan luka, biarkan aku melanjutkannya. Setidaknya, luka itu akan menjadi sebuah kenangan, bekas dari sebuah pengharapan.

.

Rabu, 18 Desember 2019
10:32

"Gimana ujiannya tadi?" Pamela yang sekelas dengan Davio iseng bertanya sembari membanting almamaternya.

"Guess what? Rasanya, aku pengen panggil si Gopal buat ngerubah tuh kertas jadi Pizza atau malah ramen." Davio menghembuskan nafas kasar, membayangkan rumus yang bertebaran di kertas ujian tadi membuatnya mual. Ia membanting name tag-nya ke meja belajarnya.

"Makanya, jangan mau masuk kelas urutan atas," ejek Tarisha yang kelasnya memang urutan terakhir.

"Emang boleh pindah kelas, ya? Aku mau pindah ke kelasmu aja, Tha," desis Davio, dibalas tatapan terkejut oleh Tarisha dan Adine.

"Jangan! Nanti kamu rebut semua juara-juaranya!" jerit Adine histeris, membuat Pamela terbahak.

Davio naik ke kasurnya, lalu menarik bantal dan meletakkannya di pangkuannya. Menatap seluruh penjuru kamar dengan bosan.

"Anak-anak ga pada kesini?" Aza yang barusan datang heran melihat kamar yang sepi. Pasalnya, ia yang dulunya benci keramaian mulai terbiasa dengan suara bising anak-anak yang mengklaim bahwa kamar itu adalah markas mereka.

"Aku tebak, masih di kamar masing-masing. Biasalah, rutinitas. Mereka pasti ribut cari jawaban soal ujian tadi," jawab Nirmala sembari membanting tubuhnya ke kasurnya.

"Percuma juga, ujiannya udah selesai," sahut Davio sinis. Gadis itu tak paham dengan pola pikir teman-temannya.

"Makanya, buang-buang waktu aja," tambah Adine menyetujui.

Tapi pikiran Davio berantakan ketika ia menyadari barang yang tadinya ia simpan di bawah bantalnya menghilang. Dia panik.

"Kira-kira, ada yang masuk ke kamar kita, ga, waktu ujian tadi?" Davio langsung melompat ke bawah. Menciptakan bunyi berdentum yang menjadi sebab kekagetan para murid.

"Ada apa, Dav?" tanya Adine berdiri mendekati Davio.

"Ada barang yang ilang, di bawah bantal." Davio berjalan ke arah pintu. Tepat berada di depan kamar, tangannya disambar oleh pemilik tangan kecil dan gemuk.

"Dhia?" ucap Davio mengernyit.

"Aku tahu apa yang kamu cari, dan orang yang mengambilnya," bisik Dhia lirih.

"Aku juga tahu, Dhi," Davio balas mendesis, menurutnya, berdialog seperti ini, ia hanya semakin membuang waktunya. Ia jelas tahu!

"Bukan dia, Dav! Dia hanya suruhan. Ada dalangnya." Dhia menekan kata-katanya.

Teruntuk Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang