2

52 30 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dulu aku selalu mencarinya,
seseorang yang sama-sama mencoba menyembuhkan luka,
seseorang yang sama-sama bercita-cita menemukan bahagia,
dan kini, aku menemukannya.

.

Kamis, 12 Desember 2019
15:10

"Ga pada sholat nih semuanya?" Davio heran ketika Hilary datang membawa pasukannya ketika sholat jamaah Ashar baru saja dimulai.

"Tadi udah sendiri-sendiri. Lagian, kalau ga ikut tinggal bayar denda 'kan?" Hilary mengangkat tangannya santai. Teman-temannya mengangguk, sedangkan Davio menghela nafas maklum.

Di asrama ini ada absen di setiap kegiatan, termasuk sholat jamaah. Jika kegiatan wajib seperti morning school, dan night school, absen tanpa alasan atau keterangan maka akan mendapatkan punishment, sedangkan bila absen tanpa alasan di kegiatan tak wajib alias sunnah seperti setoran hafalan, language course, sholat jamaah dan lainnya, si murid wajib membayar denda.

Davio ketika pertama kali masuk di asrama ini, hanya bisa geleng-geleng kepala dan pasrah, saat melihat buku aturan asrama ini. Denda yang dibayar untuk satu kali kegiatan cukup besar nominalnya. Meskipun Davio dari keluarga berkecukupan, ia mewanti-wanti dirinya sendiri untuk tidak meninggalkan sholat jamaah kecuali jika sedang berhalangan.

"Kak Davio?" Nathan membuyarkan lamunan Davio.

"Gosipin bahagia, yuk!" sorak Hilary

"Bahagia kok dighibahin, entar kalo kabur gimana?" celetuk Davio mengangkat alisnya, sedikit heran, ucapannya barusan mungkin seperti candaan, tapi karena nadanya sama sekali tak seperti bercanda, maka tak ada satupun yang tertawa. Dan ... meski Davio tak ingin membahas hal ini, ia tak tahu bagaimana cara membelokkan arah obrolan ini.

"Menurut Kakak, apa kebahagiaan yang sebenarnya itu?" Kali ini, Nico yang bersuara.

Anj, kenapa pada melankolis gini, sih? batin Davio.

"Memangnya, buat kalian apa itu kebahagiaan?" tanya Davio balik, ia tak ingin gegabah menjawab dengan sudut pandangnya, ia juga malas menghadapi perbedaan pendapat yang bisa saja terjadi nanti.

"Sesuatu yang mutlak dibutuhkan dalam hidup?" jawab Hilary. Kentara sekali ia hanya asal jawab saja.

Tapi kemudian Davio menggeleng pelan, sangat tidak setuju dengan definisi tersebut. Ada sedikit perih dalam hatinya ketika ia membahas ini, pembahasan yang sangat tidak ia inginkan.

Tapi juga tak bisa ia hindari.

"Kalo bahagia itu memang mutlak dibutuhkan dalam hidup, kenapa banyak orang yang ga bahagia tetap hidup?" tanya Davio balik. Nico dan Nathan mengangguk-angguk membenarkan.

"Lebih tepatnya seperti bunga edelweis yang tumbuh di sebuah jurang, indah tapi sulit diraih. Begitu?" Nico mengangkat alisnya, yakin benar dengan jawabannya.

Teruntuk Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang