Migrasi Hati

6.5K 284 28
                                    

Berkali-kali aku manipulasi hati.

Bercermin pada halusinasi.

Sampai tak sadari retakannya.

Hanya mengandalkan optimisme dalam optik yang tak nyata.

Bertaruh pada nihil kepastian.

Terus mengulang kenangan fiktif di ruang kepala.

Aku adalah burung yang enggan migrasi.

Dengan bodohnya terus menunggu di belahan bumi utara.

Mencari cara memecah bongkahan dingin itu.

Antara mungkin saja dan mustahil.

Aku tidak akan bertanya pada waktu kapan itu terjadi.

Karena kamu tahu benar waktu selalu jadi musuhku.

Jangan paksa aku bunuh waktu.

Ketika kamu sudah tahu bagaimana aku akan kehilangan segalamu.

BRAAAK!

Banjir air mata, Anggita melempar kasar buku diary ber-hard-cover ungu ke permukaan dinding. Bantal-bantal di atas ranjangnya pun turut jadi korban kekerasan dalam kamar tidur Anggita. Rangkaian kata-kata di diary justru memancing frustasinya. Menambah volume sesak yang sudah penuh di dada.

Benar-benar aneh.

Seumur hidupnya, baru sekarang Anggita benar-benar merasakan yang orang bilang sakit tak berdarah. Pedih, perih, menusuk, luka dalam. Dan sialnya tak ada satu pun dokter di dunia yang punya resep obatnya.

Orang bilang sakit karena cinta akan sembuh dengan sendirinya oleh waktu.

Waktu???

Seluruh waktu di dunia saja sedang mengejek rasa optimisnya terhadap cinta yang muncul dadakan di hidupnya. Waktu, adalah kesia-siaan yang ia jalani demi rasa optimis itu.

Optimis terhadap seorang manusia yang tak pernah ia duga akan selalu muncul di otaknya tiap detik. Dan kini optimis itu pecah berserakan menyayat-nyayat hatinya.

Lebih dari itu, Anggita sakit karena kecewa pada dirinya sendiri. Ekspektasinya terhadap seorang Andromeda Galaxi ternyata tidak mengambang di udara. Terus saja jatuh. Berkali-kali ia meyakinkan diri kalau mungkin saja Andro benar-benar sedang memperjuangkan hatinya.

Tapi apa?

Sejak pertemuan mereka di muka rumah Tante Ros, sudah dua minggu ia tidak kembali bertatap-muka. Andro kembali menelantarkan hatinya yang tidak pernah kapok berharap.

Selalu begitu.

Pria itu selalu datang dan pergi seenaknya. Tiba-tiba muncul, lalu lenyap begitu saja. Memangnya siapa dia, berani bermain dengan hati seorang Anggita Maraya Selva? Segala macam kode keras sudah ia kirimkan, meskipun itu artinya harga dirinya runtuh.

LOVABILITY (Judul Lama: ADAMANTINE) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang