"Kamu dengar, kan? Saya batal menyewa jasa kamu.""Lho? Tidak bisa begitu, dong!" Arga berdiri saking tidak terimanya dengan keputusan sepihak dari Amara.
"Kenapa tidak bisa? Toh, belum ada perjanjian tertulis antara kita."
"Apa alasannya?"
"Alasan?"
"Alasan kamu membatalkan kerjasama ini."
"Karena saya tidak bisa bekerja sama dengan kamu, Pak Arga yang terhormat!"
"Alasannya?"
"Ya karena saya tidak mau."
"Alasannya! Saya butuh alasan!" Arga menggeram kesal.
"Karena saya tidak bisa bekerja sama dengan pria hidung belang macam anda!!!"
Arga yang sudah terpancing kesal bergeming. Mencoba menelaah, namun nalarnya tetap tak paham dengan tudingan Amara.
Sementara Amara berkali-kali menarik dan menghembuskan napas perlahan. Berusaha kembali meraih kendali diri yang tadi lepas sesaat.
"Intinya ... saya tidak bi—"
"Apa maksud kamu mengatai saya pria hidung belang?"
"Ya pria maca —"
"Dan kalaupun memang saya seperti yang Mbak tuduhkan, apa hubungannya dengan kerjasama kita?"
Dua kali kalimatnya dipotong oleh Arga, dan Amara masih belum mampu mengendalikan diri. Lahar dalam dadanya akan segera meletus dalam hitungan detik.
"Kamu tidak bisa menjawab?!" tantang Arga sekali lagi.
Plaaakkk! Sebuah tamparan keras meluncur di pipi kirinya.
"Munafik!!! Kamu dan Sakya sama-sama manusia munafik!!! Kamu laki-laki tidak tahu diri!"
Arga mengelus pipinya yang terasa nyeri. Dan kini nyeri itu menjalar ke hatinya. Untuk apa wanita bengis ini membawa-bawa nama Sakya di sini?
"Saya tidak mengerti maksud Mbak."
"Stop calling me that!!! Saya bukan kakak anda!" Amara nyaris berteriak. Dadanya sudah naik turun mengikuti laju jantungnya yang kian intens.
"Kalau begitu Ibu Dania yang terhormat, tolong jelaskan pada saya apa kesalahan yang sudah saya dan Saki perbuat." Suaranya melunak. Arga berusaha menahan diri. Sekelebat pesan dari murobbinya muncul di kepala. Api tidak akan menang melawan api.
Amara nyaris menjambak rambutnya sendiri frustasi. Berhadapan dengan pria ini benar-benar menguras seluruh emosinya. Ia baru saja melarang panggilan 'Mbak' dan sekarang pria ini berulah memanggilnya 'Ibu'?
"Amara. Kamu ... cukup panggil saya Amara. Dan kamu masih belum menyadari kesalahan kamu dengan Saki??" Amara menatapnya nanar. "Kalian berselingkuh!!! Jelas-jelas kamu sudah punya istri dan seorang anak. Dan kondisi istri kamu itu ..." Memprihatinkan! Sambungnya dalam hati. Tak tega menyebut kalimat itu dalam lisan.
"Intinya, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kemarin di kantin. Setelah kamu selesai mesra-mesraan dengan Sakya, kamu malah bertemu dengan istri dan anak kamu. Saya juga lihat istri kamu sempat menangis. Kasihan sekali dia, suami yang dicintai ternyata mempermainkannya di belakang." Amara mengibaskan rambut panjangnya bersamaan dengan egonya.
Arga melongo setelah mendengar penjelasan Amara yang berapi-api. Benar sekali dugaannya. Sayang sekali sederet titel yang disandang oleh wanita itu sia-sia. Tetap saja ia adalah wanita paling bodoh yang pernah Arga temui.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVABILITY (Judul Lama: ADAMANTINE) (REVISI)
RomanceDania Amara Rielta yang selalu punya takdir sad-ending dalam hal percintaan, sedang dipepet waktu untuk mencari calon suami. Tidak muluk-muluk pintanya pada Tuhan atas kriteria laki-laki yang akan menjadi jodohnya. Namun siapa sangka Tuhan justru me...