Pengumuman!
Sebentar lagi cerita mau tamat. Makasih banyak yang sudah setia tutul2 bintang (disini & dihatiku 🥰) dan ngisi kolom komen (biar nggak kosong mengenaskan) selama ini. Spesial teruntuk penggemar setia tulisan makthor yg smp bela2in kirim brownies yumminya Yum's Kitchen buat mood booster 😍😍
Luv...luv...luv banget♥️♥️♥️
***
"Apaan sih lo? Dateng-dateng nyegat gue. Terus main kabur gitu aja. Lo pikir gue layangan bisa dimainin?!" Dengan emosi yang bikin kalap, Anggita mencegat lengan pria yang hendak melarikan diri itu.
"Kamu marah?"
"Menurut lo?"
"Saya juga marah."
"Emang gue bikin salah apa sama lo?" teriak Anggita sengit.
Andro menggeleng. "Bukan kamu."
"Hah?"
"Saya marah dengan diri saya sendiri."
Anggita berkerut bingung.
Menghela napas, Andro maju selangkah. "Saya butuh waktu untuk berpikir jernih. Kalau semua sudah jelas, saya akan temui kamu untuk bicara."
"Kalo semua sudah jelas? Emangnya selama ini otak lo buram?"
Anggita membelalak kaget ketika tiba-tiba pria itu kembali maju. Tubuhnya dipeluk erat.
"Tolong jangan dorong saya. Saya butuh kekuatan sebentar." Andro mendekapnya seakan tidak ada hari esok. Sangat erat. Hingga Anggita merasa engap. Sesak.
"Lo kenap-"
"Sssttt. Sebentar lagi."
Merasa aneh, tapi Anggita tak kuasa menolak. Tubuhnya bereaksi berlawanan dengan otaknya.
Semenit kemudian ia terlepas dari pelukan yang menyiksa itu. Harum tubuh Andro menempel di bajunya. Khas aroma parfum pria.
Anggita yang tadi mendidih, kini turun temperatur ketika melihat kesedihan yang tersimpan di balik mata pria itu. "Lo ... ada masalah?"
Bukannya menjawab, Andro memaksakan senyum sambil berkacak pinggang. "Hm?"
"Sumpah. Gue nggak ngerti sama sikap lo. Nggak pernah ngerti."
"Sama."
Anggita mencondongkan wajahnya. "Maksud lo?"
Andro melangkah lebih dekat. Menatap lekat sepasang mata coklat di depannya. Tangannya terulur merapikan helai rambut Anggita yang tertiup angin. "Sabar ya. Bisa kan bersabar menunggu saya?"
Anggita balas menatapnya penuh harap. "Sampai kapan?"
Andro kembali merengkuhnya. Bibir lembutnya mengecup lembut dahi Anggita yang tertutup poni. "Sampai kita sama-sama siap."
"Siap? Eh? Bentar-bentar." Anggita melepaskan diri karena tiba-tiba dirinya teringat sesuatu. Matanya meneliti Andro dari atas sampai bawah.
"Kenapa?" Andro menghembus napas.
Apalagi kali ini?
"Lo ...?" Dilihatnya baik-baik fisik pria itu. "Lo nggak pake kruk? Kaki lo?" Anggita menunjuk ke bawah.
Andro tersenyum simpul. "Kaki saya baik-baik saja."
"Ta-tapi ... kemarin itu? Tadi?"
Anggita teringat insiden di mana ia mendorong Andro hingga jatuh tersungkur. Lalu tadi pagi, saat pria itu meninggalkan meja makan. Kruk silver itu masih setia menemaninya. Tapi sekarang? Pria itu bahkan bisa berlari tanpa beban mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVABILITY (Judul Lama: ADAMANTINE) (REVISI)
RomanceDania Amara Rielta yang selalu punya takdir sad-ending dalam hal percintaan, sedang dipepet waktu untuk mencari calon suami. Tidak muluk-muluk pintanya pada Tuhan atas kriteria laki-laki yang akan menjadi jodohnya. Namun siapa sangka Tuhan justru me...