The Broken Hearts

4.9K 369 10
                                    

- You messed me up and torn me into pieces. Yet, i'm still here begging you to fix me. -

By. Author

Andro meringkuk di tengah kalutnya. Otaknya kacau, nalarnya tak mampu bekerja. Hatinya kembali robek. Kembali patah seperti dulu kala. Lagi-lagi kecewa. Lagi-lagi ditinggalkan.

Ingin ia berteriak, melampiaskan sakit yang kembali menyiksa batinnya. Namun tak bisa. Atap di atasnya ini bukan rumah tinggalnya. Ironisnya, malah ia sedang bernaung di dalam pemilik hatinya, Amara.

Frustasinya bermula dari kejadian sejam yang lalu, sewaktu ia tidak sengaja mencuri dengar percakapan Anggita via telepon di ruang makan.

"Mama serius? Mbak Mara udah nikah???"

Nikah???

"Kok dadakan, sih? Anak Mama yang itu nggak bunting duluan, kan?"

Bunting???

"Ah, parah! Kenapa Gita nggak dikabarin dari tadi pagi? Tau gitu kan, langsung cari flight kesana."

Setelah itu Andro melarikan diri menuju teras untuk mencerna berita yang baru didengarnya itu.
Dan di sinilah ia sekarang bertengger. Meringkuk putus-asa  beralas keramik dingin. Tiupan angin senja yang mulai kencang, tak cukup membuatnya merinding untuk beranjak masuk ke dalam.

Andro tahu, ia tidak berhak marah. Ia bukan siapa-siapanya Amara. Dan sesalnya juga, kenapa malam itu ia tidak langsung menuntut jawaban dari Amara. Andro tahu kenapa tidak, karena ia sudah tahu jawaban Amara. Tapi hatinya tetap ingin menyangkal. Bahwa Amara akan menerima cintanya. Bahwa Amara sudi menjadi kekasihnya.

Aah, cuma angan-angan!

"Ngapain lo dari tadi di sini terus?"

Suara di belakang punggungnya, membuatnya menoleh.

"Hm, gw tebak nih! Lo pasti udah denger beritanya kalo kakak gue udah nikah. Ya, kaaan?"

Malas menjawab, dan malas menanggapi, Andro berniat untuk melarikan diri. Mencari tempat sepi lainnya.

"Mau kabur kemana lo? Ke ujung dunia? Percuma! Lo mau kemana juga, nggak bakal bisa lari dari rasa sakit," teriak Anggita yang mencemoohnya angkuh.

Terpantik kesal, Andro kembali berbalik badan menghampiri wanita seksi itu. Ya, malam ini Anggita terlihat seksi dengan kaos kebesaran dan mini-short yang dikenakannya.

"Jangan ganggu aku! Kita nggak punya urusan apa-apa selain pekerjaan." Andro membalas dingin.

"Dih, siapa juga yang mau gangguin lo!" Anggita bersila tangan di dada. "Justru gue mau ngingetin lo, biar lo bisa fokus sama kerjaan. Nggak melulu ngabisin waktu buat meratapi nasib sial lo itu."

"Nasib sial?"

"Patah hati itu termasuk nasib sial, kan?" sergahnya santai.

"Jangan sok tau! Kamu nggak tau, apa-apa." Kedua tangan Andro mengepal di sisi tubuhnya.

"Oh ya? Masa? Yakin gue nggak tau apa-apa?"

Andro menatapnya nanar. Hatinya sedang remuk, tapi wanita di depannya ini telah menghancurkan dinding pertahanannya.

"Lo yang nggak tau apa-apa." Telunjuk Anggita mengarah padanya.

"Hidup lo cuma berpusat di rasa sakit. Dan cuma itu yang lo pedulikan, rasa sakit lo! Apa lo peduli gimana perasaan nyokap lo? Tante lo? Ck, egois lo!" Anggita berdecih.

"Gue kasitau ya, Android. Bahkan nyokap dan tante lo itu nggak punya waktu buat meratapi nasib mereka yang single-fighter. Seluruh tenaga dan pikiran mereka cuma tercurah buat anak-anak kurang beruntung itu. Tapi lo? Apa yang lo lakuin selama di sini?"

LOVABILITY (Judul Lama: ADAMANTINE) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang