- The past is over. So, hand it over to the diary. And get over it! -
-Author-
***
"Ini dokumennya."Sepasang bola mata Aletta menyapu ketikan pada beberapa lembar kertas putih yang baru saja disodorkan padanya. Surat perceraiannya dengan Hardi.
"Kenapa?" tanyanya usai membaca lalu berkaca-kaca. Kepalanya kembali mendongak pada pria tua di depannya.
Hardi yang sejak awal kedatangannya hanya berdiri, akhirnya memutuskan untuk duduk di sebelah Aletta.
"Saya mau bantu melepaskan bebanmu satu-persatu," ucap Hardi lembut.
"Dengan bercerai?" Aletta menatap sendu.
Perlahan Hardi menarik dalam napas lalu membuangnya. "Ta ... jika motif kamu menikah dengan saya hanya untuk mendapatkan Arga, kamu nggak akan bisa. Dan nggak akan pernah bisa. Kamu juga tahu itu. Arga juga sudah bahagia dengan pilihannya. Kamu harus legowo."
"Kamu nggak ngerti, Mas. Nggak akan pernah ngerti!" Aletta mengisak tidak terima.
"Kamu pikir saya nggak pernah jatuh cinta? Hm?"
Aletta memalingkan wajah. Malas jika lagi-lagi harus
"Ta, saya juga tahu bagaimana rasanya patah hati. Ditinggalkan oleh orang yang sangat kita cintai. Saya tahu betul rasanya," lanjut Hardi lirih. Membuat Aletta kembali menoleh padanya.
"Mbak Hilda?"
Tertunduk, ia mengangguk pelan. "Saya akan selalu mencintai Hilda selamanya. Maafkan saya tidak bisa menjadi suami seutuhnya untuk kamu selama ini."
Aletta menatap sendu. Tanpa diberitahupun, Arletta sepenuhnya mengerti jika Hardi memang tidak pernah memiliki rasa padanya. Pernikahan mereka murni hanya bentuk tanggung jawab Hardi padanya selepas insiden yang sama sekali tak mereka ingat kejadiannya. Cinta tidak pernah hadir di hati mereka.
Sesekali di rumah, Aletta mendapatkan pemandangan Hardi yang sedang meratapi foto mendiang istrinya. Di rumah itu, foto-foto Hilda masih terpajang rapi. Meskipun Aletta sudah menjadi istri kedua Hardi, tidak sekalipun ia pernah meminta agar gambar-gambar istri pertamanya itu disingkirkan. Karena Arletta memang tidak pernah peduli.
"Aku tahu, Mas. Kamu cinta banget sama Mbak Hilda."
Hardi melepas napas beratnya. "Memang nggak mudah, Ta. Saya membuang waktu bertahun-tahun hanya untuk berduka. Terlalu larut dalam kesedihan. Saya egois saat itu. Melupakan Arga yang juga kehilangan bundanya. Saya tahu dia sedih. Dan caranya melampiaskan kesedihan, beda dengan saya."
"Dan aku hanyalah salah satu objek pelampiasannya," lanjut Aletta berat, menyambung cerita suaminya.
Meskipun menyedihkan, Hardi mengangguk setuju. Hardi tahu semenjak Hilda sakit, Arga belajar menjadi pria matang. Ia menunjukkan dedikasinya terhadap perusahaan. Tapi setelah Hilda meninggal, Arga sama terpuruknya dengan Hardi. Ia juga berduka. Yang tidak pernah Hardi sangka adalah bahwa Arga akan kembali pada kebiasaan lamanya. Clubbing dan mempermainkan wanita.
Beberapa hari yang lalu, anak dan ayah angkat ini kembali bertemu untuk membicarakan masa lalu yang tidak pernah tuntas. Arga menceritakan semuanya. Sudah tidak ada lagi rahasia di antara mereka. Bahkan soal Aletta. Karena itulah Hardi akhirnya memutuskan untuk bercerai.
"Ta, kamu juga tahu kan cinta itu tidak bisa dipaksakan?" Tangannya terulur menyentuh punggung Aletta.
"Tapi aku yakin, Mas. Arga pasti masih mencintai aku."
![](https://img.wattpad.com/cover/201892007-288-k595917.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVABILITY (Judul Lama: ADAMANTINE) (REVISI)
RomanceDania Amara Rielta yang selalu punya takdir sad-ending dalam hal percintaan, sedang dipepet waktu untuk mencari calon suami. Tidak muluk-muluk pintanya pada Tuhan atas kriteria laki-laki yang akan menjadi jodohnya. Namun siapa sangka Tuhan justru me...