HAPPINESS

3.9K 365 9
                                    

"Dania bilang begitu?" Razi membelalak tak percaya. Menambah kegelisahan Arga yang sedang menopang wajah di atas meja.

"Apa dia mau pergi jauh, ya?"

Pria tampan itu menyeruput jus jeruk di hadapannya sembari menggeleng-geleng kepala. Heran sendiri dengan sahabatnya yang tidak peka.

"Itu kode dari dia, Ga. Ente nggak ngerti?"

Arga memandang bingung lalu menegakkan tubuhnya di kursi.

"Kode apaan?"

"Padahal kamu punya Sakya dan Mama Jihan yang juga seorang wanita. Tapi sama Dania, kamu nggak peka."

"Coba jelasin, Zi."

"Kalo aku simpulkan dari cerita kamu, Dania pikir kamu sudah benar-benar terikat dengan Marisa. Jadi dia merasa sudah tidak punya kesempatan. Tapi, dia juga masih penasaran. Ingin tahu bagaimana perasaan kamu sebenarnya ke dia."

"Terus?"

"Makanya dia sengaja mau menghilang. Ingin tau reaksi kamu. Kecewa atau nggak. Bakal ngejar atau nggak."

"Ya kenapa nggak tanya aja langsung sama aku?" Arga memicingkan matanya. Sungguh tak habis pikir dengan tingkah wanita.

"Memangnya kamu bakal jawab jujur?" imbuh Razi dengan tawa kecil.

Arga memiringkan kepalanya untuk berpikir sejenak.

"Satu hal yang perlu kamu tahu soal wanita, Ga. Kalau dia bilang A, artinya Z. Kalau dia bilang Z, artinya B. Kamu juga harus belajar jadi paranormal."

"Hah? Belajar ngeramal?"

"Baca pikiran!" Razi mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri dengan gemas.

Arga mencondongkan badannya di atas meja. Senyum miring muncul di wajahnya. "Kamu sendiri gimana, Zi? Sudah berhasil baca pikiran para istri?"

"Hush! Istriku cuma satu. Lagian, membaca pikiran wanita itu gampang. Yang susah ..." Razi balas memajukan tubuh ke depan juga, lalu berbisik, "... memenuhi keinginan yang ada di pikirannya."

"Naaah, itu! Aku setuju sama yang itu." Arga membalas mantap sambil mengarahkan telunjuknya ke arah Razi.

"Tapi aku juga penasaran. Sama perasaan kamu ke Dania." Razi mengetuk-ngetuk jarinya ke dada. "Kamu boleh mengelak, Ga. Tapi yang di sini, nggak bisa bohong."

"Ah, kamu Zi! Sama aja kayak Saki."

Razi kembali menyeruput minumannya.

"Sekarang ini, aku cuma fokus sama kesehatannya Mama. Aku ingin Mama lebih semangat lagi untuk hidup. Mama berhak mendapat yang terbaik. Sudah terlalu banyak pengorbanannya dalam hidup. Aku ingin membahagiakan Mama."

"Hmmm, aku mengerti, Ga." Razi menganggukkan kepalanya sejenak. "Tapi bukan cuma Mama Jihan yang berhak mendapat yang terbaik dalam hidup. Kamu juga. Dan aku yakin, kebahagiaan Mama Jihan ada, jika melihat anak-anak didiknya bahagia. Termasuk kamu."

Arga menengadahkan kepala. Menatap langit senja yang mengatapi ruang terbuka kantin rumah sakit. Semburat jingga itu memberi sepenggal rasa nyaman bagi tidak hanya matanya, tapi juga hatinya.

"Gimana kalau aku belum mengerti perasaanku sendiri?" tanya Arga dengan mata masih menatap langit

"Jangan tanya sama aku. Tanya sama Allah," jawab Razi tak acuh.

Razi memang benar. Sakya juga benar. Ia harus menanyakan pada Yang Maha Membolak-balik perasaan. Apa yang sebenarnya terjadi dengan hatinya? Kenapa ia harus merasa resah sejak Amara meninggalkan rumah sakit beberapa hari yang lalu? Kenapa juga ia harus kesal hanya karena tidak lagi mendengar kabar dari wanita itu hingga detik ini?

LOVABILITY (Judul Lama: ADAMANTINE) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang