02

6.4K 783 24
                                    

Cedric begitu emosi kemarin sore. Saat itu juga dia melabrak Kalson dan meminta penjelasan tentang si anak kembar seperti seorang istri yang mendapati suaminya selingkuh.

Namun karna hasutan sesat Kalson yang menyuruh Cedric dan aku untuk istirahat lebih dulu takutnya lelah habis pergi main membuat Cedric langsung setuju begitu saja tanpa melakukan protes apapun karna memikirkanku.

Ternyata ayahku orang yang cukup licik juga.

Namun Cedric tak sebodoh yang terlihat. Keesokan harinya setelah sarapan, ia menuntut Kalson penjelasan saat itu juga. Tanpa menerima penolakan atau alasan apapun.

Karna itulah saat ini kami bertiga di sini sekarang. Ruang kerja pribadi Kalson dengan aku dan Cedric duduk di hadapan seperti sepasang suami istri yang hendak mengamuk karena anaknya minum alkohol saat belum cukup umur.

Kalson menarik nafas sebelum bicara. Ia menyisir rambut dengan jari tangan ke belakang sok ganteng padahal iya. "Mereka anakku. Sekarang jadi adik tiri kalian, jadi berteman baiklah dengan mereka. Oke?" jelasnya tanpa dosa dan rasa malu.

Cedric yang tengah minum teh langsung membuang airnya di tempat sampai membasahi karpet lalu mengambil ancang untuk bersiap melemparkan gelasnya pada Kalson.

"Tenang kakak! Kalau pak tua itu mati, siapa yang akan kasih kita makan?" spontan aku berteriak mencoba menenangkan dan menarik baju Cedric agar kembali duduk.

Setelah mencari bantal untuk melindungi kepalanya, Kalson langsung kembali duduk tegak dan menaruh bantal itu di atas pahanya. Bersikap dingin dan tenang padahal dalam hati menjerit ketakutan ingin pergi.

"Tuh kan, Adikmu saja paham hal itu. Masa kau yang lebih tua ga ngerti? Karna itu kita damai sekarang dan akrabkan diri dengan adik tiri kalian yang baru, anak anak." terangnya makin ga tau diri.

Aku kehilangan kesabaran. Semakin dibiarkan pria tua ini makin melunjak. Saat itu juga aku mengambil gelas di atas meja dan menumpahkan isinya ke karpet dan memberikannya pada Cedric. "Dua lebih baik kak, lempar itu tepat ke kepalanya."

Cedric tersenyum bangga dan mengambilnya. Ia naik ke atas kursi dan berniat melemparnya namun kalah cepat oleh Kalson yang langsung lari bersembunyi di balik kursi.

[Prankk.]

Cangkir pertama berhasil di lemparkan tapi meleset dan malah mengenai tembok sampai pecah berkeping keping dan jatuh berserakan ke lantai.

Kalson menjerit ketakutan. "Argh! Iya ampun Cedric, ampun! Ayah cuman bercanda!!"

"Lempar." Aku memberi komando.

[Prankk.]

"Charlina, Cedric! Dasar anak durhaka kalian! Lihat saja ini dan akan ku adu-!!"

Aku menyodorkan beberapa piring yang ada di atas meja sebagai senjata tambahan dan mengabaikan teriakan Kalson. "Ini."

[Prankk.]

"Iya oke, ayah minta maaf!! Ayah jelasin jadi tolong berhenti Cedric. Ayah minta maaf!!"

Sebelah tangan ku angkat meminta berhenti. Cedric langsung menurut membuat kepala Kalson menyembul ke atas tak lama kemudian. Bibir bawahnya di gigit kuat sembari menatap kami berkaca kaca seperti menahan tangis.

Bisa bisanya bangsawan kelas tinggi seperti Kalson ini memiliki mental yang jauh lebih rendah dari umurnya sendiri.

***

Masih di dalam ruang kerja dan keadaan yang sama, Kalson duduk bersimpuh depan kami sebelah meja sambil menunduk dalam penuh penyesalan.

"Mereka dari negara sebelah." jelasnya singkat dan padat.

Villain Also Has A Reason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang