Cedric Mattias adalah seorang pengacau yang selalu membuat keributan kemanapun ia pergi. Semua orang di dalam Mansion sudah mengetahui hal umum ini dengan jelas.
Bahkan setiap para pelayan hendak menyebut namanya saja selalu menarik nafas lebih dulu seperti sebuah kewajiban untuk menyiapkan jantung dan mental sebelum menghadapinya.
Korban pertamanya pagi ini adalah dapur utama. Suara jeritan seorang pelayan perempuan terdengar nyaring memekikkan telinga di ikuti bayangan piring besar yang melayang tinggi lalu pecah berkeping keping saat menghantam tembok.
Cedric tertawa renyah setelah melihat seorang pelayan jatuh dengan wajah mendarat lebih dulu karna menghindari piring itu. Ia lalu meloncat menuju jendela yang terbuka lebar di hadapan sembari membawa keranjang berisi beberapa daging mentah di tangan kiri.
Seorang koki melangkah maju mendekat. "Tuan Muda, dibanding mencuri tidakkah lebih baik kalau anda meminta saja?" keluhnya lelah akan tingkah salah satu anak majikannya ini.
Cedric berhenti tepat sebelum meloncat dan menoleh sembari menatap iba. Ia melirik sekeliling dapur yang nampak seperti kapal pecah karna perbuatannya sebelum berseringai puas. "Kamu kok ngatur?"
"Saya cuman meminta anda untuk tidak menghancurkan dapur setiap datang. Apa itu sulit untuk di lakukan?" Sindir sang koki halus.
Kesabarannya hampir habis karna harus bekerja lebih keras dan tidur lebih sedikit dari orang lain karna Cedric yang datang kemari hampir setiap hari. Kedua matanya menyipit, menatap tajap pada Cedric.
Cedric tertegun sesaat ketika melihat wajah yang mengkerut tanda menahan amarah sang koki. Ia menghela nafas dan mengangkat sebelah tangan memberi isyarat agar koki itu segera mendekat.
"Baiklah, aku minta maaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi." tutur Cedric merasa bersalah. "Karna itu kemari dan ambil ini sebagai tanda permintaan maafku."
Koki itu mendekat tanpa curiga sedikitpun. Merasa bangga sudah membuat anak majikannya sadar diri hanya dengan beberapa kalimat saja. Oleh karna itu ia langsung meraih tangan kanan Cedric yang terkepal sampai wajahnya menunduk agar lebih dekat.
"Tapi boong. Ahahahaha!" Kepalan tangan Cedric terbuka, bersamaan dengan gumpalan bola api sihir kecilnya meluncur keluar dan meledak. Membakar semua rambut koki itu hingga berdiri tegak dan membuat wajahnya menghitam.
Semua pelayan yang menyaksikan di belakang menahan nafas kaget. Cedric semakin tertawa kencang melihat ekspresi wajah koki itu yang diam memasang ekspresi pasrah.
Dirinya merasa bodoh karna sempat mengira bahwa Cedric telah memgasihani dirinya. Padahal ia jelas jelas tau bahwa jelmaan iblis ini memang tidak memiliki hati sejak awal.
***
Beberapa hari terakhir ini Cedric sering datang dan menggangguku belajar dengan mengocehkan sesuatu tak penting. Itu sangat nengganggu asal kau tau. Karnanya hari ini tepat setelah bangun tidur dan bersiap, aku memutuskan untuk bersembunyi di perpustakaan.
Ruangannya begitu sunyi dan menenangkan dengan bau buku dan kayu yang basah menyerap endapan air begitu wangi menjadi pengharum ruangan alami.
Mau sepintar apapun Cedric, anak itu tidak akan mampu atau menyangka bahwa aku ada di sini. Bahkan jika di beritahu para pelayanpun dia akan menyerah karna tak sudi menginjakkan kakinya selangkah pun ke perpustakaan.
Sejak dulu aku sudah bertekad untuk mempelajari ilmu yang ada di dunia ini sampai menjadi anak jenius yang tercatat dalam buku sejarah keluarga Mattias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Also Has A Reason [END]
FantasyTepat setelah berkelahi cukup sengit dengan teman, aku jatuh ke sungai karena didorong olehnya dan mati tenggelam kehabisan nafas. Bagaikan sebuah keajaiban yang datang di waktu mendesak, cahaya terang kemudian datang begitu menyilaukan mata. Pand...