07

2.7K 455 9
                                    

Dan ini terjadi lagi. Sejauh mata memandang, hanya ada kegelapan tanpa ada satupun cahaya yang terlihat. Bahkan saking gelapnya aku jadi sedikit bingung tengah memejamkan mata atau tidak.

Tapi itu hanya keraguan sesaat karna bagaimanapun beberapa kali aku merasakan kedua mata yang berkedip dengan arti ini beneran gelap.

Ini bukan yang pertama terjadi ketika aku merasa bingung ada di kenyataan atau mimpi. Kalau kata Charyn, namanya alam bawah sadar.

Mengingat nama wanita itu seketika membuatku tersadar.

"Aku tau ini ulahmu Charyn, keluar kau!" teriakku spontan memanggilnya.

Satu menit berlalu diantara keheningan. Charyn ataupun Amon tak kunjung menampakkan batang hidungnya sama sekali membuatku mendengkus sebal.

{Klak.}

Suara seperti saklar lampu yang ditekan terdengar. Aku menoleh mendapati cahaya muncul walau separuh, menerangi meja makan yang panjang dan entah sejak kapan sudah ada dibelakangku.

"Kau itu benar benar beruntung lahir dari rahimku, Charlina."

Seperti Charyn yang muncul tetiba dalam satu kedipan mata, Alanis menampakkan diri dan duduk di pojokan kursi.

Di susul anak berambut pirang berumur sekitar tiga tahunan duduk disebelahnya sembari sibuk makan sampai kedua pipi tembamnya mengembung hampir meledak.

Meski mulut sudah penuh terisi, anak itu tetap mampu membukanya sekedar untuk bertanya. "Kenapa?"

Alanis menyahut sedetik kemudian. "Karna kau jadi mendapat gen kecantikan dariku. Ahahahaha!!"

Wanita itu lantas tertawa begitu bebas sembari memukul mukul meja sebagai pelampiasan. Berbeda dengan anak di sebelahnya yang tak tertawa sama sekali, begitu fokus mengunyah.

Euw.

Aku baru tau kalau Alanis merupakan wanita yang cukup narsis.

Dan lagi, siapa pula anak rakus di sebelahnya. Maksudnya jiwa di dalamnya. Aku atau Charyn? Kayaknya Charyn, soalnya aku type yang tidak bisa makan banyak dan jika kekenyangan selalu langsung muntah.

"Aku bercanda, haha." Setelah tertawa cukup lama, Alanis mengelap air mata di ujung pelupuk matanya.

"Akulah yang beruntung memilikimu." lanjutnya mengelus puncuk kepala anak disebelahnya.

Alanis kemudian berdiri, menggendong anak kecil yang masih sibuk makan itu. "Tumbuhlah jadi gadis cantik sepertiku, Charlina."

Charlina kecil meronta. Ia berusaha meraih makanan di atas meja yang masih tersisa dengan lengan pendeknya.

"Jadilah gadis yang di incar banyak lelaki. Lalu pilih yang paling kaya dan cinta mati padamu." ucapnya memeluk Charlina penuh kasih sayang lalu melangkah pergi dari sana dan menghilang.

Benar benar saran yang bermanfaat. Aku akan mengingat itu, terima kasih.

Keadaan kembali hening. Cahaya kecil dan meja di depan sana menghilang dalam sekekap.

"Apa sudah selsai? Sekarang keluar kau Charyn!"

Sembari berteriak, aku melirik kesekeliling mencoba mencari cahaya atau penampakan Charyn maupun Amon barang kali tengah bersembunyi.

Candaan mereka murahan sekali. Apa pula cerita pendek tentang Alanis tadi? Mereka ingin membuat teka teki pesan dari percakapan dua orang itu, hah?

"Aku serius tau."

Heh.

Dari samping seseorang berbisik tepat di telingaku. Aku meloncat kaget sampai terjatuh.

Saat melirik ke asal suara ku lihat Alanis tengah berdiri tegak di sana. Tatapan kami berpaku beberapa saat. Wanita itu tersenyum begitu lebar sampai kedua matanya menyipit namun terlihat hampa.

Villain Also Has A Reason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang