18

1.8K 291 11
                                    

Kalson masih termenung. Tetap pada posisi yang sama tanpa perubahan besar seperti saat ia masih duduk berhadapan dengan Charlina.

Helaan nafas berat ia keluarkan untuk kesekian kali. Kalson melipat kedua kaki dengan menaruh kaki kanan ke atas kaki satunya lalu menangkup pipi kiri dengan tangan.

"Apa ramuan atau mantra pengembalian ingatan memang tak ada?" Ujarnya berpikir keras.

Satu detik kemudian seseorang yang setiap hari berjaga di sisi Kalson ditempat tersembunyi seperti sebuah bayangan di tempat gelap datang menampakan diri.

"Apa mau saya carikan?" Tawarnya.

Kalson bergumam panjang sebagai jawaban. Ia mengeluarkan sebuah liontin bergambar lambang keluarga Mattias dari sakunya lantas memberikan itu pada Kesatria di belakang.

Dia kemudian memberi perintah. "Cari orang yang bisa mengembalikan ingatan dan berikan harga yang mereka mau berapapun totalnya."

Kalson lantas tersenyum. "Charlina-ku tidak boleh sampai sedih memikirkan kakaknya yang sakit, bukan?"

Raut wajah Kalson berubah sedikit lesu memikirkan kembali kejadian tadi siang saat tak sengaja melihat ekspresi Charlina yang sendu saat berdiam cukup lama di depan pintu kamar Cedric tanpa berani mengetuk atau masuk ke dalamnya.

Kesatria itu mengangguk setuju sebelum pamit dan menghilang secepat kilat mengerjakan tugas yang diperintahkan sang atasan.

Kalson kembali sendiri. Ia tak lagi merenung, melainkan bangkit dari duduk dan berjalan keluar dari perpustakaan.

Tepat setelah dia menutup pintu dari luar, sekelebat ide langsung muncul.

"Aku dengar rasa sakit yang sama bisa mengembalikan sesuatu yang hilang." Kalson bergumam.

Kalson kemudian mengusap dagu nampak berpikir sebelum berseringai penuh. "Waktu itu Cedric jatuh dari tangga, kan? Seharusnya menjatuhkannya lagi dari tangga bisa mengembalikan ingatannya."

Tangan kanan yang terkepal ia pukul pada telapak tangannya yang satu lagi. "Itu patut dicoba daripada tidak sama sekali. Jika aku berhasil mengembalikan ingatan Cedric, Charlina pasti akan bangga dan mencium pipiku sebagai hadiah."

"Ah, kalau di pikir pikir, sudah lama sejak Charlina sering merengek ingin mencium pipiku sebelum dia tidur. Aku jadi ingin tau mengapa dia menghentikan kebiasaannya."

Masa dimana Charlina masih belajar berjalan begitu menggemaskan. Anak itu selalu ingin menempel pada Kalson dan merengek enggan untuk pergi setiap Kalson hendak pergi bekerja.

Sekarang jangankan merengek, setiap Kalson berusaha mendekati Charlina, anak itu secara terang terangan menghindar darinya dan menjaga jarak lebih. Bahkan tak jarang Kalson menangkap Charlina tengah menatapnya dengan pandangan sinis.

Tanpa sadar Kalson jadi merindukan Charlina yang masih sangat kecil dulu.

"Paman Duke!"

Baru saja Kalson melangkah hendak pergi menuju kamar Cedric dan melancarkan rencana, seseorang dari arah berlawanan memanggil. Kalson menoleh dan mendapati Elina diikuti Elias dari belakang tengah berlari kearahnya.

Sekilas Kalson memutar bola mata malas namun dengan cepat terganti oleh senyuman lebar lalu berjongkok menyamakan tinggi setelah Elina sampai di depannya.

"Tuan Putri sampai berlari tergesa gesa untuk menemui saya. Pasti ada sesuatu yang penting untuk di sampaikan bukan?"

Dengan sengaja Kalson menekan kata 'penting'. Memberi peringatan kecil bahwa ia tidak suka di datangi jika bukan karna hal mendesak oleh orang asing.

Villain Also Has A Reason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang