12

2.2K 389 0
                                    

Pintu di dorong ke dalam dari luar. Suara langkah yang berjalan mendekat terdengar keras dihentakan seolah sengaja menarik atensi yang mendengar. Eksistensi yang tak diharapkan dan di undang kini terlihat begitu jelas.

Filberth menaikkan sebelah alis sembari mengusap dagu berpikir. "Perasaanku saja atau memang kamu selalu terlihat sendiri?"

Aku yang tengah dengan tenang makan makanan pembuka seketika tergelak dan menghentikan aktifitas. "Maaf?"

Seolah sejak awal memang tak memiliki beban, Filberth berceletuk. "Lady Charlina, kamu tidak punya teman, ya?"

Filberth bergumam panjang. Dia melirik beberapa pelayan yang berdiri dibelakangku sebelum kembali menatap padaku sembari memasang senyum kapitalis.

"Kalau begitu, ijinkan aku untuk mengambil kehormatan menjadi teman pertamamu."

Setelah itu Filberth kemudian melangkah semakin mendekat. Ia yang semula berdiri di ujung meja dan bersebrangan kini sudah berdiri disebelahku.

"Oh, ini menguntungkan untuk kita berdua. Kapan lagi kan kamu bisa mendapat kehormatan duduk dan makan siang bersama dengan anggota Kekaisaran?" lanjutnya mengambil tempat duduk tepat disampingku.

Aku tidak pernah mau dan peduli tentang hal itu. Hal yang paling mengejutkan di sini adalah bagaimana bisa Filberth, orang yang memiliki ego dan harga diri tinggi ini masih bersikap tak terjadi apapun diantara kami.

Padahal jelas jelas kemarin aku sudah menghinanya di depan umum. Aku jadi bingung dan tak mengerti bagaimana cara kepala Filberth bekerja.

***

Angin sejuk berhembus kencang dari balik jendela. Menggoyangkan pepohonan rindang dibelakang hingga beberapa daun berjatuhan. Terbang mengikuti kemana arah mata angin tertuju.

Fokus pada benda yang di pegang, sesekali menggulir halaman buku untuk membaca kelanjutan. Suara tapak kaki yang melangkah tak asing terdengar menggema di tempat sepi.

"Aku baru tahu kamu rajin membaca." seseorang berseru.

Suaranya yang serak membuatku sedikit merinding. Nafas terdengar jelas begitu beratur dan jantung berdetak normal menjelaskan pasti tengah ada dimana posisinya.

Aku menengadah ke samping. Disana terlihat Filberth yang berdiri sedikit membungkuk membuat wajah kami terlihat sangat berdekatan.

Terdiam cukup lama tanpa ada yang berniat bicara, Filberth kemudian bertanya. "Apa buku itu terlihat menarik?"

"Saya membaca bukan karna melihat sampulnya yang menarik." sahutku dingin sembari menutup buku.

"Kamu punya selera yang bagus, ya," pujinya entah tulus atau tidak.

"Kalau begitu, apa kamu bisa merekomendasikan aku buku yang enak dibaca?" lanjutnya bertanya membuatku mengerti bahwa opsi kedua dari tujuannya memuji lebih masuk akal.

***

Ketika sang surya sudah pergi membawa cahaya terangnya, para pelayan mulai sibuk menerangi setiap lorong kastel menggunakan lentera secara satu persatu.

Menangkap eksistensi yang sudah tak asing lagi, Raya menutup mulut menahan tawa ketika aku yang ada di depannya menghentikan langkah.

"Sepertinya pangeran Filberth suka pada anda ya, nona." bisiknya dibelakangku.

Aku refleks menoleh kebelakang sembari menatap sinis. "Kenapa kamu membicarakan sesuatu yang mengerikan begitu?"

Tepat sedetik setelah aku bicara, seseorang berteriak memanggil namaku dari ujung lorong di depan. "Ya ampun, kita bertemu lagi Lady Charlina!"

Villain Also Has A Reason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang