suna rintarou - bagaimana jika ...

521 59 5
                                    

warning, out of character! susah kalau buat suna tetep sedingin kutub:)

"Tsuki, bagaimana jika nanti aku menjadi kekasihmu?"

Itu pertanyaan paling bodoh yang pernah Tsukishima dengar dari mulut Suna.

Tsukishima menoleh, menautkan kedua alisnya. "Bagaimana apanya?" tanya Tsukishima.

"Bagaimana reaksimu ketika aku menembakmu nanti," ucap Suna.

"Mati?" jawab Tsukishima.

Suna mengembuskan napas, "Bukan menembak dalam artian itu. Yang satu lagi, kau pasti tahu maksudku apa."

Tsukishima memiringkan kepalanya, "Oh, yang itu. Reaksiku, ya? Tidak tahu." Tsukishima mengedikan bahu.

Suna mengangguk, "Begitu ya."

Suna meraih pergelangan tangan Tsukishima, "Ayo kita ke sana!" Suna berjalan cepat, menyeret Tsukishima pergi ke tempat yang dimaksud.

Tsukishima mengikuti, bahunya berkali-kali menabrak orang lain. Tapi Suna tidak peduli, pria berambut hitam dengan wajah rubah terus menarik tangan Tsukishima.

"Tada!" Suna tersenyum lebar ke arah Tsukishima.

Tsukishima menaikan sebelah alisnya, "Terimakasih?" balas Tsukishima.

Suna membawa Tsukishima ke salah satu restoran. Katanya ramen di sini sangat enak, terbilang paling enak di prefektur Tokyo.

Suna duduk di hadapan Tsukishima, selesai memesan keduanya berbincang kecil. Tidak, tepatnya hanya Suna yang banyak mengomong. Tsukishima hanya membalas secukupnya saja.

"Tsukishima," panggil Suna.

Tsukishima mengangkat kepalanya, "Ada apa Suna-san?"

Suna menopang dagu, "Mau jadi pacarku, tidak?"

Tsukishima terkejut, untung tidak sedang makan atau minum. Jadi tidak tersedak apapun.

"Huh? Suna-san, kurasa kau sedang sakit. Mau aku antar pulang?" tawar Tsukishima.

Suna terkekeh geli, "Aku tidak akan pulang selama kau tidak menjawabku, Tsukishima."

Tsukishima menunduk, menggerakan kakinya dengan kurang nyaman. Siapa yang nyaman jika dirinya dipandang lekat oleh pria setampan Suna Rintarou?

"Hei, Tsukishima. Kau baik-baik saja, kan? Wajahmu memerah. Kau tidak demam, kan?" tanya Suna.

Tsukishima menggeleng, "Anu ... wajahku memerah bukan karena demam atau kedinginan," jawab Tsukishima.

Suna menaikan kedua alisnya, "Kalau bukan karena kedinginan atau demam, lalu karena apa?"

"Karena ... aku malu," cicit Tsukishima.

"Kenapa malu? Kau tidak bugil di tempat umum juga, kan?"

"Soal pertanyaanmu tadi, anu ... boleh aku menjawabnya?" tanya Tsukishima.

"Pertanyaan ada untuk dijawab, bukan begitu?"

Tsukishima mengangguk, "Jawabanku, mau." Suaranya pelan sekali, termakan ramainya restoran ramen ini.

"Apa? Aku tidak mendengarmu, Tsukishima." Suna memajukan wajahnya, refleks Tsukishima memundurkan wajahnya.

"Aku mau," ulang Tsukishima.

"Mau?" Suna memundurkan wajahnya, "Mau jadi apa?"

Tsukishima dalam hati merutuki sifat Suna yang jahil juga.

"Jadi pacarmu," Tsukishima menunduk malu, bertepatan dengan itu pesanan mereka datang.

"Ah, terimakasih!" Suna berseru pada pelayan yang mengantarkan pesanan keduanya.

fall in love - all x tsukishimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang