Setelah sepuluh tahun sejak Osamu dan sang kasih berpisah, Osamu masih saja memikirkannya. Menyesakkan memang, melihat setiap kali Kei yang nyaman di pelukan sang kembaran.
Osamu sudah bukan lagi anak SMA. Tidak lagi bermain voli dan memilih membuka kedai onigiri di ibukota, tempat kini ia tinggal. Atsumu dan Kei pun ikut tinggal di Tokyo. Selain karena Atsumu memasuki klub voli terkenal, Atsumu mengaku bahwa ia tidak ingin berada jauh dengan saudaranya.
Osamu? Hanya mengiyakan. Padahal sebenarnya, ia sungguh malas melihat interaksi sang kembaran dengan mantannya itu. Katakanlah bahwa Osamu masih memiliki rasa. Osamu juga tidak habis pikir, bagaimana bisa Kei berpaling hati hanya dalam beberapa hari?
Osamu tidak membenci anak-anak Atsumu dan Kei. Percayalah, ia sama sekali tidak membencinya. Mereka lahir tampan dan cantik. Si sulung menjadi perempuan tangguh dengan tampang cantik milik Kei yang menurun padanya. Sedangkan si bungsu menjadi pria lucu yang tak gampang menangis dengan tampang cantik dan tampan campuran dari Kei dan Atsumu.
Matahari sudah tidak tampak lagi. Ini sudah pukul sembilan malam. Osamu sedang membersihkan kedainya. Selepas itu, ia mengecek ponsel. Benar saja, Atsumu meminta diantarkan dua porsi kari bersama lima onigiri.
Atsumu selalu pesan menu yang sama, hampir setiap harinya. Jadi, setiap hari pula Osamu menyiapkan makanan untuk Atsumu. Barangkali Kei tidak masak atau makan malam yang habis dimakan sang anak.
Osamu kemudian mengunci kedainya. Berjalan kaki untuk menuju ke kediaman sang kembaran. Kebetulannya, tidak jauh. Hanya berjarak sekitar 100 - 500 meter saja. Baginya, itu bukanlah jarak yang jauh sampai ia harus repot-repot pakai bus.
Osamu menunggu lampu menjadi hijau agar ia dapat menyebrangi jalanan. Sambil berpikir, apakah penjelajah waktu memang ada? Apakah dirinya bisa menjelajahi waktu ke masa lalu agar ia bisa merubah masa depannya? Apakah bisa dirinya hidup bahagia dengan Kei sama bahagianya seperti Atsumu dan Kei sekarang ini?
Osamu menghela napas. Menyadari kalau itu semua sebuah kemustahilan. Lampu kemudian menjadi hijau, melangkahlah kaki Osamu untuk menyebrangi jalan raya. Naas, saat Osamu sedang di tengah jalan, sebuah mobil melaju kencang. Mungkin remnya blong atau memang disengaja menabrak Osamu. Yang pasti, karena kejadian itu, Osamu harus terbaring lemah di brangkar rumah sakit dengan banyak alat yang menempeli tubuhnya.
© youqiru
Osamu membuka matanya perlahan. Ada wajah-wajah yang ia kenali sebagai rekan bermain voli semasa SMA yang tampak samar. Juga wangi feromon milik Kei yang menenangkan. Suara-suara samar yang memanggil namanya beberapa kali, menyuruhnya agar tetap sadar tidak pingsan. Namun, rasa pusing melanda kepalanya begitu hebat.
"Pu-pusing." Osamu merintih, rasanya pusing sekali, hingga bangkit untuk duduk pun tidak bisa.
"Buruk. Bagaimana kalau dia hilang ingatan?!" Seseorang berseru, membuat suasana semakin tak terkendali lagi.
"Ke-Kei? Di mana, Kei?" tanya Osamu. Yang ia ingat, hanyalah mantan kekasihnya itu. Di pikirannya, setidaknya jikalau ia mati, ia ingin menemui Kei untuk terakhir kalinya.
"Di sini, Osamu. Aku di sini." Kei memegang tangan Osamu erat.
"Cantik." Kemudian Osamu pingsan, membuat seluruh orang panik.
Saat terbangun, Osamu tahu-tahu ada di UKS. Ditemani Kei dan Atsumu yang kepalang khawatir akan orang tersayang mereka. Begitu Osamu sadar pun, Atsumu dan Kei langsung sama-sama menyodorkan gelas air mineral.
KAMU SEDANG MEMBACA
fall in love - all x tsukishima
FanfictionI think I'm falling in love, (s)he say "what you know 'bout love?" [bottom tsukishima, oneshot/twoshot] © youqiru, 2020