Semi Eita - pretend.

228 42 2
                                    

Gue lagi rajin nih. Nggak sih, sejujurnya ada satu part banget yang pengen gue cepet-cepet publish, tapi setelah part yang ini ya. Dua bab kedepan adalah bab yang paling pede gue publish, wakakakakak [ketawa kenceng].

© kill44u

Sejak tadi pagi, Semi tampak murung. Tidak menampilkan satu senyumanpun, materi juga tidak ada yang berhasil ditangkap oleh otaknya.

Pikirannya hanya tertuju pada satu orang. Siapa lagi kalau bukan pacarnya?

Sulit memang memiliki pacar yang kelewat tsundere. Terlebih lagi, sang pacar ini tetap ingin menjaga image kerennya, ia tidak suka dipandang imut omong-omong.

Ketika istirahat tiba, selaku teman Semi, Shirabu menepuk pundaknya pelan. Mencoba menghibur sang sobat yang tampaknya sedang mendung itu.

"Nggak usah dipikirin amat kali Mi, isi perut yuk. Gue laper nih," ucapnya.

Semi menghela napas, tak lama ia lantas mengangguk mengiyakan kemudian berdiri guna ikut pergi bersama Shirabu menuju kantin, jalannya amat sangat lunglai. Saat papasan dengan pemuda kacamata berambut pirang, si pemuda malah mendelik sambil melenggang pergi dengan dinginnya.

Iya, pemuda itu pacarnya.

Shirabu tentu saja menyadari hal tadi, sudah sepatutnya ia untuk menghibur sang sobat. Ia menepuk-nepuk pundak Semi, "Udah Mi, makan dulu aja. Habis itu lo baru ngobrol face to face sama pacar lo."

Kemudian seperti yang Shirabu ucapkan, setelah istirahat dan mengisi cukup energi, Semi mencari keberadaan pacarnya. Tapi mustahil, ia tidak menemukannya bahkan setelah berkeliling ke seluruh sisi sekolah. Semi menghela napas berat.

Pada akhirnya ia tetap menyerah. Berharap nanti saat pulang, kelasnya lebih cepat bubar daripada kelas sang pacar.

Rasanya, waktu sangat lambat berjalan. Setelah lama menunggu, akhirnya ia berhasil melewati ulangan harian matematika di jam terakhir. Tak menunggu lama lagi, Semi buru-buru keluar dan mencari pacarnya.

"Shirabu, lo pulang duluan aja gak apa-apa. Gue mau cari pacar dulu." Begitu yang Semi katakan pada Shirabu.

Hal baiknya, kelas sang pacar belum bubar. Baru kali ini, ia berterimakasih pada guru yang korupsi waktu begini. Kalau sebelum-sebelumnya, paling ia ngomel-ngomel nggak jelas sampai suasana hatinya hancur.

Setelah sepuluh menit berlalu, kelas barulah bubar. Semi benar-benar akan menangkap pacarnya kali ini. Ia tidak tahan lagi.

Ketemu! Pacarnya baru saja keluar bersama temannya, Yamaguchi Tadasi kalau tidak salah. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Semi langsung mendekat. Kemudian meraih tangan kiri sang pacar.

Tangan si pemuda berkacamata itu dicengkram erat oleh Semi. Panggil saja dia Tsukishima Kei, pemuda jangkung nan tampan yang terkenal karena---ya tentu karena ketampanannya? Oh, selain tampan, Tsukishima juga berbakat dalam bidang olahraga meski fisiknya tak sekuat itu. Selain karena tampan, berbakat, juga berprestasi, Tsukishima ini juga dikenal sebagai orang yang hobinya julid.

Si kacamata pasrah, setelah pamitan pada temannya Yamaguchi. Mau tidak mau ia harus mengikuti arah kemana Semi menariknya. Tsukishima lantas menepis setelah dirasa cukup lama mengikuti Semi pergi.

Tsukishima melanjutkan jalan sendiri diikuti Semi di belakangnya. Tidak, Semi tidak sama sekali memanggil Tsukishima untuk menunggu. Toh, Tsukishima sudah sepakat untuk bicara empat mata.

Dan akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Kafe ini memang sering digunakan Tsukishima dan Semi untuk ketemuan. Mengapa begitu? Alasannya karena letak kafe ini jauh dari area sekolah mereka. Terbilang jarang atau malah memang tidak pernah mereka bertemu dengan teman satu sekolah di sekitaran sini.

Untuk kali ini, kafe ini dirasa sangat cocok. Sebenarnya hanya cari aman saja sih.

Semi memulai perbincangannya setelah pesanan keduanya datang. Tenang, semua biaya ditanggung oleh Semi. Sebagai seorang dominan yang bertanggung jawab atas submisifnya.

"Nggak bohong Kei, aku engga sanggup lagi kalo disuruh lanjutin ini," Semi mengeluh.

Tsukishima tertawa lepas, "Baru juga satu hari kak Emi. Kok udah mau nyerah aja?"

Semi cemberut, "Lagian sih. Kamu kayak beneran marah sama aku. Aku kan jadi takut."

Tsukishima tersenyum, "Iya deh. Besok nggak harus gitu lagi kok, nggak tega juga liat kakak loyo banget seharian ini."

Semi tersenyum lebar mendengarnya, "Yeayy!!! Habis ini jalan-jalan mau?"

Tsukishima mengangkat sebelah alisnya, "Ayo? Tapi emang engga akan pulang dulu?"

"Kamu maunya gimana? Kalo mau pulang dulu juga, enggak masalah sih."

"Langsung aja, yuk?" Tsukishima tersenyum.

Tidak perlu dikhawatirkan. Hubungan Semi dan Tsukishima baik-baik saja. Mereka hanya mencoba untuk bermusuhan selama satu hari. Reaksinya? Satu sekolah bahkan kebingungan dan Semi gelagapan. Musabab tingkah si kacamata yang seolah dirinya benar-benar marah kepada Semi.

fin.

Gimana, nggak jelas kan? DUH, kapan-kapan gue bikin bagian Semi yang lain deh. Nggak puas banget sama bab ini [nangis].

fall in love - all x tsukishimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang