Ch 45. Enemies

9 3 0
                                    

Tae Ho tengah bersiul sambil memasuki sebuah supermarket kecil di dekat komplek rumahnya. Di tempat itu, ia membeli roti sobek, air mineral, dan soda berbotol kecil. Sambil masih bersiul, ia membawa barang-barangnya ke kasir untuk dibayar. Setelah itu, ia keluar dari supermarket, tanpa ia sadari ada sekelompok laki-laki yang tengah memperhatikannya dari kejauhan.

Tidak memperhatikan sekitarnya, Tae Ho mengeluarkan hapenya dan menelepon So Young. "Halo, Tae Ho." Tae Ho mengangkat satu alisnya dan berhenti berjalan sejenak ketika mendengar nada bicara So Young yang terdengar lebih tinggi dan ceria daripada sebelumnya.

"Hm? Sepertinya ada yang salah dengan nada bicaramu. Apa sekarang aku sedang berbicara dengan So Young?" goda Tae Ho sambil terkekeh dan meminum air mineralnya.

Dari seberang terdengar So Young yang terkekeh manis. "Iya, Anda sekarang sedang berbicara dengan Cha So Young." Entah kenapa Tae Ho sedang membayangkan So Young yang sekarang pasti sedang menggemaskan.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

Tae Ho berhenti melangkah. Dalam hati ia menebak-nebak hal apa yang akan dibicarakan So Young. Tapi, karena nada bicara So Young yang terdengar ceria, Tae Ho sudah pastikan berita ini adalah berita yang membuatnya sangat senang, jadi ia pikir mereka harus membicarakannya dengan tatap muka, supaya ia bisa melihat ekspresi senang So Young yang pasti cantik dan menggemaskan.

Ketika So Young hendak berkata-kata lagi, Tae Ho langsung berseru, "Oke, berhenti!" Kemudian, Tae Ho berkata lagi, "Kutebak, dari nada suaramu yang sedang gembira ini, pasti kamu baru saja dapat berita gembira. Aku nggak mau membicarakan di telepon kalau ini tentang kabar gembira. Aku ingin melihat ekspresi senangmu."

Oh, Tae Ho bisa memastikan So Young pasti sedang tersenyum malu-malu di jalanan sekarang.

"Baiklah, ayo kita bertemu. Kamu dimana?" tanya So Young.

Tae Ho memperhatikan sekitarnya sekilas. "Kebetulan sekarang aku sedang di luar, bagaimana kalau—" Tiba-tiba saja telepon yang ia genggam dirampas oleh seseorang secara paksa. Saat Tae Ho hendak menoleh, pelipisnya langsung dibogem dengan keras dari arah samping.

Tae Ho mengerang kesakitan dan darah sudah jelas keluar dari pelipisnya. Ia pun menoleh lagi untuk melihat siapa yang tiba-tiba menyerangnya seperti ini. Ternyata ada lima orang laki-laki dengan jaket kulit mereka sedang mengerubungi Tae Ho. Ia melihat semua orang itu dengan seksama dan merasa familiar dengan mereka.

"Kenapa? Sudah melupakan kami?" tanya salah seorang laki-laki berambut cepak dan mata tajam.
Tae Ho memicingkan matanya dan tersenyum sinis.

"Tentu saja aku masih ingat kalian... teman lama," ucapnya dengan sinis. "Jo Hwan, apa kabarmu? Kurasa kamu sudah keluar dari penjara, ya?"

Laki-laki bernama Jo Hwan tadi tersenyum sinis, tapi kedua matanya menyorotkan kebencian. "Kalau begitu, kamu nggak akan lupa kalau aku akan membalaskan dendamku!" Tiba-tiba, setelah Jo Hwan berseru seperti itu, dia langsung berlari menyerang Tae Ho.

"Tae Ho? Kamu dimana? Tae Ho?" Tae Ho bisa mendengar suara So Young yang memanggilnya dari teleponnya yang sudah jatuh di tanah. Tapi, ia tidak bisa fokus ke ponselnya sekarang, karena Jo Hwan dan komplotannya tengah mengerubunginya dan menyerangnya bersamaan.

Ini sangat gila. Tae Ho sebenarnya tidak pandai bergulat. Pada awalnya, ia bisa melukai orang-orang itu, termasuk Jo Hwan. Tapi, saat ia lengah, tiba-tiba saja seseorang memukul kepala belakangnya dengan sebuah kayu yang besar. Tidak hanya sekali dan di tempat yang sama. Mereka terus memukulinya di perut, punggung, dan kakinya.

Tae Ho bisa mendengar suara-suara pukulan itu. Ia juga bisa merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya saat ia sudah terkapar tidak berdaya di tanah. Hingga akhirnya ia tidak merasakan itu semua dan membuatnya tak sadarkan diri.

Heartbreaker YeojaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang