Ketika memasuki musim gugur di Korea Selatan, udara di pagi hari dan malamnya akan terasa dingin. Seperti malam ini ketika So Young dan Tae Ho tengah berjalan di sepanjang jalanan Sungai Han. Tapi, tentu saja mereka tidak terlalu kedinginan saat mereka bergandengan tangan.
"Apa rencanamu setelah lulus nanti?" tanya Tae Ho.
"Mmm... aku akan ambil kursus selama beberapa bulan. Setelah itu, aku baru melanjutkan sekolahku. Lagipula, aku juga sudah mengirim formulirku ke Juilliard, tinggal tunggu pengumuman saja," jawab So Young.
"Apa kamu nggak merencanakan liburan dulu?" tanya Tae Ho sedikit terkejut sekaligus penasaran.
"Aku juga nggak tahu." So Young mengendikkan bahunya kecil. "Mungkin, setelah aku masuk ke Juilliard, aku akan tahu."
"Ckckck, sepertinya memang sulit untuk berkencan dengan perempuan sepertimu," sahut Tae Ho asal.
"Sepertiku? Memangnya aku ini perempuan seperti apa?" tanya So Young yang pura-pura kesal pada Tae Ho.
Tae Ho pun berhenti dan berdiri menghadap So Young. "Kamu itu... perempuan yang unik, menarik, cerdas, dan menggemaskan." Tae Ho mencubit kecil pipi kanan So Young di akhir katanya.
So Young terkekeh kecil, namun kemudian ia langsung berhenti dan raut mukanya menjadi datar. "Aku baru tahu kalau kita berkencan," ucap So Young dengan polos.
"Oke, mari kita ganti kalimatnya," ujar Tae Ho.
"Kamu sayang aku dan aku sayang kamu. Jadi, apa sebutan untuk kita?" Tae Ho berlagak seperti seorang guru yang memberikan pertanyaan pada So Young dan itu hampir membuat So Young tertawa.
"Memangnya aku sayang kamu? Jangan sok tahu," sahut So Young yang kemudian langsung berjalan mendahului Tae Ho.
"Apa? Dia nggak sayang aku?" Tae Ho yang terkejut bertanya pada dirinya sendiri. Sementara So Young yang sudah berjalan sedikit jauh dari Tae Ho justru terkekeh karena sudah membodohi Tae Ho barusan. Dan dia bisa menduga kalau setelah ini Tae Ho akan berteriak...
"So Young, tunggu aku!"
***
So Young baru saja selesai sarapan bersama ayah dan kakaknya. Kini, ia tengah bersiap-siap untuk ke kampus saat tiba-tiba saja Tae Ho meneleponnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Tae Ho dari seberang.
"Sebentar lagi aku akan ke kampus," jawab So Young sambil mengambil tasnya dari kursi dan menyampirkannya ke pundaknya.
"Kenapa ke kampus hari ini? Bukannya hari ini kamu libur?" tanya Tae Ho bingung.
"Tadi tiba-tiba saja Profesor Yang menelepon dan ingin memberitahuku informasi tentang Juiiliard," timpal So Young.
"Kalau begitu, tunggu aku, aku mandi dulu dan setelah itu aku akan mengantarmu," sahut Tae Ho yang terkesan sedang buru-buru. Bahkan, bisa terdengar suara berisik di telepon dan So Young yakin kalau Tae Ho pasti baru saja berlari dari kasurnya dan menyenggol barang-barang di sampingnya. So Young pun terkekeh kecil.
"Nggak perlu, Tae Ho. Kak So Hyeon akan mengantarku. Lagipula ini juga sebentar, setelah itu aku akan memberi kabar," ujar So Young.
Tae Ho terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Baiklah kalau begitu, nanti beri kabar kalau kamu sudah selesai saja." Setelah sambungan telepon keduanya ditutup, So Young dan So Hyeon pun berangkat dengan mobil.
Tiga puluh menit kemudian, mobil So Hyeon pun tiba di depan bangunan fakultas musik. "Jam berapa kamu selesai?" tanya So Hyeon.
"Kakak nggak perlu menunggu, nanti aku sepertinya akan ke suatu tempat," sahut So Young setelah keluar dari mobil.
"Dengan Tae Ho?" tanya So Hyeon menggoda So Young.
"Kalau Kakak penasaran seperti ini, lebih baik Kakak cepat pergi sekarang," sahut So Young sambil tersenyum palsu, sementara So Hyeon terkekeh dan kemudian meninggalkan area kampus.
So Young melirik jam tangannya di lengan kirinya. "Tepat waktu," gumamnya setelah melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 10.45. Ia pun berjalan masuk ke gedung, menuju ruang Profesor Yang di lantai dua.
Sesampainya di depan pintu ruang Profesor Yang, ia mengetuk terlebih dahulu, dan barulah ia masuk setelah dipersilakan. "Selamat pagi, Profesor Yang," sapa So Young dengan ramah sambil membungkuk dan kemudian mendekati meja Profesor Yang.
"Selamat pagi, So Young," balas Professor Yang. "Maaf meneleponmu mendadak."
"Ah, itu nggak masalah, Profesor. Ada apa Profesor memanggilku sekarang?" tanya So Young.
"Ini," ujar Profesor Yang sambil menyerahkan sebuah amplop putih pada So Young dan So Young pun menerimanya dengan penasaran. "Tentang formulir Juilliard yang sudah kamu kirimkan. Selamat, So Young. Kamu dierima di Juilliard."
***
Kamu diterima di Juilliard.
Senang? Bahagia? Terkejut? Siapa yang tidak merasakan semua itu saat mendengar kabar ini. Bahkan, setelah Profesor Yang memberitahunya, So Young benar-benar membeku di tempat. Ia tidak berteriak atau lompat-lompat histeris. Tapi, ia benar-benar membeku di tempat dimana pikirannya langsung berkelana membayangkan bagaimana besok ia setelah masuk ke Juilliard.
Sampai sekarang setelah So Young keluar dari gedung musik, ia masih sulit mempercayai kabar ini. Ia berjalan seperti zombie mulai keluar dari kawasan kampus. Tatapannya tidak fokus, tapi sebenarnya ada sebuah bom bunga di dalam otaknya.
Sudah beberapa langkah jauh dari kawasan kampus, So Young pun berhenti. Dia diam sejenak dan tiba-tiba saja dia langsung berteriak, "ASTAGA, YES! YES! YES! YES!" Dia berulang kali meneriakkan itu secara terus menerus sambil melompat-lompat.
Tentu saja orang-orang di sekitarnya penasaran dan melihat So Young dengan aneh. Baru beberapa menit kemudian, So Young baru sadar dirinya baru saja memalukan dirinya sendiri di tengah jalan. Tapi, untungnya sebuah telepon dari Tae Ho menyelamatkannya dari rasa malu.
"Halo, Tae Ho," sapa So Young dengan suara gembiranya dan senyum lebar.
"Hm? Sepertinya ada yang salah dengan nada bicaramu. Apa sekarang aku sedang berbicara dengan So Young?" tanya Tae Ho bercanda.
So Young terkekeh kecil. "Iya, Anda sekarang sedang berbicara dengan Cha So Young," sahut So Young.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Oke, berhenti!" Tiba-tiba Tae Ho berseru. "Kutebak, dari nada suaramu yang sedang gembira ini, pasti kamu baru saja dapat berita gembira. Aku nggak mau membicarakan di telepon kalau ini tentang kabar gembira. Aku ingin melihat ekspresi senangmu."
Kalau Tae Ho ada di depannya sekarang, dia pasti bisa melihat So Young yang sekarang senyum-senyum sendiri. Astaga, So Young sampai tidak tahu kalau itu kalimat gombalan atau bukan, padahal biasanya dia tidak terlalu suka kalimat gombalan. Apalagi yang murahan.
"Baiklah, ayo kita bertemu. Kamu dimana?" tanya So Young.
"Kebetulan sekarang aku sedang di luar, bagaimana kalau—" Tiba-tiba Tae Ho berhenti bicara dan yang terdengar berikutnya hanya terdengar suara berisik dari orang banyak.
"Tae Ho? Kamu dimana? Tae Ho?" So Young tidak yakin apa yang sedang terjadi pada Tae Ho sekarang. Tapi, entah kenapa mendengar suara berisik di seberang langsung membuat pikiran negatifnya berkeliaran dan benar-benar membuatnya ketakutan sekarang. Apalagi ketika tiba-tiba saja sambungan telepon mereka terputus.
—————————————————————————
Tbc.
Wednesday, 17 February 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker Yeoja
Romance(COMPLETED) K-FICTION Apa itu cinta? Cha Soyoung, perempuan tercantik di kampus, menganggap cinta adalah sebuah bencana. Bagi perempuan yang selalu membuat laki-laki patah hati ini, mencintai seseorang adalah sebuah kesalahan besar. Ia tidak percaya...