01. Keanehan

335 69 18
                                    

sebuah ungkapan yang menggambarkan terjadinya sesuatu yang langka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


sebuah ungkapan yang menggambarkan terjadinya sesuatu yang langka.

— A / N —

Semua latar belakang yang ada di sini merupakan fiksi semata. Tak memiliki kaitannya dengan alur kehidupan asli para pemeran. Cerita ini tak memiliki kaitannya dengan Big Hit Entertainment, ataupun Park Jimin dan BTS. Semua yang terjadi hanyalah karangan semata.

⌗ ✰

Jimin termasuk ke dalam orang yang disegani banyak orang. Sifatnya yang memiliki duality , namun tidak berbahaya. Jimin pernah memasuki peringkat ke-3 dengan kategori pria terkaya di Asia, dan peringkat ke-7 di dunia. Koneksinya sangat berpengaruh dan hartanya ada di mana-mana. Dia merupakan penerus perusahaan wine nomor 1 di Korea selatan, sekaligus pendiri brand mobil yang telah sukses di pasaran. Selain itu ia juga merupakan penerus pemilik salah satu Apartemen mewah di korea.

Uang dapat mengalir kapan saja dengan mudah ke dompetnya, naasnya kisah cintanya tak semudah uang yang mengalir itu.

Jimin termasuk orang yang bodoh perihal percintaan. Mungkin banyak gadis yang rela membuka selangkangannya demi mendapatkan hati Jimin, sayangnya itu tak berguna sama sekali—karena Jimim bukanlah orang yang bodoh. Melalui tatapan mata mereka, Jimin sudah dapat menebak bahwa mereka hanya menginginkan harta kekayaan Jimin saja. Berkali-kali hatinya berlabuh kepada orang yang salah, itu membuat Jimin muak dan memutuskan untuk melajang selama-lamanya.

sudah terhitung ini adalah tahun ke-8 ia melajang.

Dan hal itu pula yang menyebabkan Jimin jadi sulit jatuh cinta.

Bunyi ketukan jari yang bertubrukan dengan pintu berwarna hitam itu membuat Jimin mengalihkan atensinya. Membuka bibirnya dan melontarkan kata, "Masuk." lalu kembali menatap selembar kertas yang merupakan kurva penjualan wine mereka akhir ini.

Jaewoo menyerahkan papan dengan tiga lembar kertas yang dijepit agar tidak berserakan ke mana-mana. Jimin memijat pelipisnya sebentar, menaruh kurva penjualan mereka dan kembali mengambil papan berisi data pribadi beserta informasi direktur utama perusahaan yang mulai menyaingi dirinya.

"Sulit menggali informasi wanita itu, semuanya terkunci rapat." Jaewoo menyambung sebelum Jimin sempat membacanya.

Jimin hanya menganggukan kepalanya, mulai membaca informasi-informasi tentang wanita itu. Benar-benar tidak lengkap, bahkan dia tidak tahu fotonya. Namun ada satu hal yang membuat dirinya terkejut bukan main, "Usianya baru 20 tahun?! Dan—perusahaannya baru berdiri selama 2 tahun? Bagaimana bisa?!"

"Kurasa dia gadis yang licik dan cerdas. Menurut informasi lain yang saya dapatkan, gadis itu memiliki perkebunan anggur di Korea—sempat tenar beberapa bulan lalu. Lalu dia memiliki satu cabang di benua Eropa, negara perancis lebih tepatnya. Dia hampir menyaingi champagne region yang ada di sana," timpal Jaewoo. Pria berusia 43 tahun itu berdeham pelan ketika melihat Jimin mulai meremas lembar kurva penjualan mereka.

"Kau membawa apa yang aku bawa?" tanya Jimin sembari menatap ke arah Jaewoo. Sontak pria itu mengangguk dengan cepat, menoleh ke belakang, lalu menyuruh seorang wanita menuangkan cairan merah keunguan ke dalam gelas sampanye–nya.

"Silahkan diminum, tuan Park. Ini sedang best seller beberapa bulan terakhir." Jaewoo menyerahkan gelas berisi red wine itu. Membiarkan Jimin meneguknya sekilas lalu kembali menaruh gelas itu di atas mejanya.

Untuk beberapa saat Jimin terdiam sembari menangkup dagunya dengan kedua punggung tangannya yang ia satukan. Jimin menghela nafas sebagai pengantar ucapan, "Wine–nya kurang enak, sedikit apek dan baunya sangat menyengat. Dia tidak pintar mengolahnya," kata Jimin dengan sejujurnya.

"T–Tapi bagaimana bisa ini menjadi best seller?!" kata Jaewoo yang ikut terkejut.

"Titik baliknya ada di anggurnya, dia pintar mengolah anggurnya. Anggurnya seolah-olah menjadi berlian yang diletakkan di gubuk jelek, semuanya akan terlihat sempurna jika anggur itu ada. Kau sudah mencobanya?"

Gelengan menjadi jawaban dari Jaewoo.

"Coba lah, kau pasti akan terkejut dengan rasanya."

Pria itu mengangguk hormat. Dengan cepat mengambil gelas lain dan menuangkan cairan fermentasi anggur itu dan meneguknya beberapa kali untuk memastikan rasanya.

"Benar 'kan perkataanku, Paman Jae?"

Gelengen menjadi sebuah keterkejutan bagi Jimin. Bagaimana mungkin? Apa karena lidah mereka berbeda? Jelas-jelas rasanya sangat apek dan memuakkan. Hanya dengan satu tegukan saja sudah membuat Jimin menekan tombol silang jika ia menjadi juri.

"Rasanya enak, manis. Bukannya ingin mengkhianatimu, tetapi rasanya memang lebih manis dari milik kita. Tak ada rasa apek yang kau maksud."

Jimin mengepalkan kedua tangannya. Menganggap bahwa Jaewoo ingin mengkhianatinya, namun ia kembali menghela nafas pelan. Menyuruh wanita di belakang Jaewoo ikut mencicipi wine itu. Namun percuma saja, mau dicicipi beribu kali pun rasanya akan tetap sama. Mereka berdua mengatakan hal yang sama, membuat Jimin curiga bahwa mereka bekerja sama untuk membuatnya bangkrut.

Baru ingin membuka bibirnya dan memarahi asisten yang sering ia anggap paman itu—tiba-tiba saja beberapa petugas kebersihan melewati pintu yang terbuka itu, dengan cepat Jimin memanggil mereka berdua untuk mencicipi wine itu. Dan kalimat yang mereka lontarkan sama seperti Jaewoo. "Rasanya manis. Ini enak."

"Coba kau teguk sekali lagi, pastikan dulu rasanya," usul Jaewoo yang disetujui oleh Jimin.

Pria itu mengambil kembali gelas sampanye itu dan meminumnya dengan beberapa tegukan. Sempat ada jeda untuk memastikan rasanya, lalu kembali meneguknya. Desisisan yang terlontar dari mulut Jimin seakan-akan sudah menjadi jawaban, terlebih kurva bibirnya melengkung ke atas.

"Rasanya benar-benar apek. Baunya saja tidak begitu enak, dia seperti mencampurkan sesuatu ke dalam cairan ini!" kata Jimin dengan penuh penekanan, memberitahu kepada asistennya bahwa yang ia katakan itu kebenaran bukan mengada-ada demi kualitas perusahaan tetap terjaga.

"Buat janji temu dengannya, aku tidak mau tahu!" timpal Jimin. Setelah itu ia beranjak dari kursi kerjanya dan melangkah pergi dengan tatapan dingin.

sulit dipercaya, ini aneh.

[]


Once in a Blue Moon ★ PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang