08. The secret

219 51 20
                                    

⌗ ✰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌗ ✰

"Lucu sekali. Aku bahkan tahu kau pernah merusak rumah tangga orang. Apa itu namanya? Hmmm pelakor!"

Perkataan yang Miran lontarkan bukanlah tanpa alasan atau kebohongan semata agar wanita itu diam. Semuanya ada alasan tersendiri. Jimin yang mulai melihat keadaan tidak kondusif lagi menghentikan keduanya sebelum terjadi perpecahan perang di antara Miran dan Jaehwa. Dia memutuskan perbincangan sampai di situ dan mengajak Miran pergi dari sana. Hingga pada akhirnya mobil mereka meninggalkan kafe tersebut.

Di dalam mobil, atmosfer keduanya tak teratur. Miran masih diam saja sembari mencoba mengatur emosinya agar tidak berlebih. Sedangkan Jimin tetap fokus menyetir walaupun pikirannya bercabang. Hingga tak terasa—kuda cepat mereka telah sampai di pekarangan rumah Miran. Saat Miran hendak menyentuh pintu mobil—Jimin menahan lengan yang satunya.

"Apa maksud perkataanmu tadi, Kwon Miran?"

Bagus, Jimin menyebut nama panjangnya.

"Jangan berpura-pura tak mengerti, Jim. Anggap saja aku temanmu, aku tahu hubungan kalian kandas karena Jaehwa yang berselingkuh dengan pria tua yang kaya ray—"

plak.

Entah di mana perkataan Miran yang salah sampai-sampai Jimin menampar pipi kanannya. Membuat pipinya terasa panas dan meninggalkan sepetak kemerahan. Miran menyunggihkan senyuman miring. Emosi yang sedari tadi ia tahan ternyata sia-sia saja. Dia muak dengan semuanya. Jaehwa dan Jimin saja.

"Kenapa? Kau marah karena aku memanggil Jaehwa begitu?" Miran terkekeh licik, mengelus pipi kanannya yang terasa sakit.

"M–M–Miran, a–aku..."

"Kalau kau masih cinta dengan Jaehwa bilang saja seharusnya. Tidak perlu pura-pura move on sehingga melibatkanku hingga sejauh ini. Sungguh, kalian pasangan yang sangat serasi—sama-sama memuakkan!"

Setelah mengeluarkan unek-unek dengan emosinya yang memuncak, Miran segera membuka pintu mobilnya. Berlarian membuka gerbang walaupun Jimin mencegahnya. Menarik tangannya dan berusaha mendekapnya. Tapi Miran tak ingin lemah, dia menendang tulang kering pria itu sekaligus betisnya. Membuat Jimin mengaduh kesakitan dan kesulitan berjalan. Di kala itulah Miran mulai melangkahkan kakinya memasuki gerbang dan mengunci gerbang itu sekalian.

Melenggang pergi memasuki bangunan rumahnya yang terasa sangat jauh dari langkah, menghiraukan teriakan dan pekikkan Jimin di belakang sana.

Miran memang tak memiliki perasaan terhadap Jimin karena kekuatan itu menutupi hatinya dari persoalan cinta, tetapi Miran merasa sangat terbodohi karena percaya begitu saja dengan Jimin.

Once in a Blue Moon ★ PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang