Warning!
Part alay."Dor!"
Rangga sontak terkejut begitu Cecep menepuk pundaknya secara tiba-tiba.
"Bisa-bisa gue kena serangan jantung kalo lo kagetin terus!" dongkolnya sambil menepuk dahi Cecep pelan.
"Ya serang balik lah," sahut Cecep.
Rangga mengerutkan keningnya, bingung. "hah?"
"Katanya kena serangan jantung, ya lo serang balik tu jantung biar impas."
Rangga menepuk dahinya pelan setelah mendengar jawaban Cecep. "Sekarang gue tanya, bola mata itu termasuk olahraga bola besar atau bola kecil?"
Cecep menggelengkan kepalanya sebagai tanggapan. "Ya lo bayangin aja sendiri gimana keadaan dunia kalo ada bola mata segede bola voli."
Sedangkan di sisi lain, Laskar melihat kembali gelang yang ia beli beberapa minggu yang lalu ketika sepulang dari minimarket dimana Adel bekerja. Ia tersenyum kecil ketika membayangkan tangan Adel mengenakan gelang yang ia beli di pinggir jalan itu.
"LASKAR!" seru Indra yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas setelah berlarian sambil membawa sebuah poster yang ia ambil dari mading sekolah.
"Apa?" tanya Laskar tanpa mengalihkan pandangannya dari gelang yang ia pegang.
"Lo kudu liat ini! Berita tentang Adel!"
Laskar sontak mengalihkan pandangannya pada poster yang Indra bawa. Ia membaca tulisan tersebut kemudian menggeram kesal lalu meremas poster tersebut dengan kuat.
"Siapa yang nyebarin ini?" tanya Laskar.
Indra menggelengkan kepalanya. "Gue nggak tau, tapi pas nanya anak mading mereka nggak ada yang jawab."
Laskar pun berlari menuju kelas Adel begitu mengingat ucapan Thalia sewaktu di parkiran tadi pagi.
Begitu sampai di kelas 11-IPS 3, Laskar langsung menghentikan langkahnya ketika melihat keributan di dalamnya. Diam-diam ia merekam perdebatan tersebut menggunakan ponselnya. Ia menahan kuat amarahnya begitu melihat tas Adel dipermainkan sedangkan Akila tengah sibuk memberi hujatan kepada Thalia.
Ah, Thalia. Laskar sudah lelah dengan perilaku aneh gadis itu.
"DASAR PENGECUT! SELALU BERLINDUNG DENGAN KATA PENYAKIT MENTAL! BODO AMAT AMA MENTAL LO! LO ITU GILA!"
Laskar tersenyum puas ketika melihat wajah kesal dari Thalia.
"DIAM!" seru Thalia sambil berdiri dan menatap tajam Akila.
"Kenapa? Baru juga gue tegur dikit, gimana kalo gue pecahin pala lo?" tanya Akila sambil tersenyum sinis.
"Thalia! Ikut gue!" titah Laskar tegas sembari menarik pergelangan tangan Thalia dan membawanya keluar kelas.
Tentu hal tersebut disaksikan oleh seisi ruangan tak terkecuali Adel sendiri. Gadis itu menatap kepergian Laskar dan Thalia dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
"Balikin tas Adel!" titah Akila pada sekelompok laki-laki yang sempat melempar tas Adel kesana-kemari hingga membuat beberapa bagian menjadi kotor akibat terkena debu lantai.
"CEPET ANJING!"
Setelah melihat perdebatan panjang, akhirnya para siswa maupun siswi mulai berhamburan keluar kelas setelah bel pulang telah berbunyi. Banyak dari mereka langsung pulang ke rumah masing-masing dan ada juga yang memilih untuk tinggal di sekolah untuk mengikuti ekstrakurikuler.
KAMU SEDANG MEMBACA
LASKAR
Teen FictionSiapa sangka seorang berandalan sekolah seperti Laskar yang terkenal akan kenakalannya justru jatuh hati pada gadis yang alim? Adipati Laskar Bagaskara. Siswa yang selalu menjadi bulan-bulanan para guru dan pihak OSIS karena kerap sekali membuat...