4 bulan kemudian ....
Laskar memasukkan beberapa buku ke dalam tas ranselnya. Laskar melihat ke arah ranjang Agung di mana laki-laki itu masih setia dengan alam mimpinya. Ia pun beranjak hendak membangunkan laki-laki itu mengingat tadi malam sempat dimintai tolong agar membangunkannya.
"Bangun, woy!" seru Laskar sambil menepuk pipi Agung agak kencang.
Merasa aktivitas tidurnya terganggu, Agung pun membuka matanya perlahan untuk mengurangi rasa kantuknya. Ia membalas pukulan Laskar lalu bangun dari tidurnya.
"Kenceng banget anjir!" gerutu Agung sambil mengusap pipinya yang memerah akibat tepukan tangan Laskar yang tak bersahabat.
"Bukannya makasih. Sono mandi! Ada kelas 'kan lo?"
Setelah berucap demikian, Laskar menenteng tas ranselnya lalu mengambil kunci motor yang tergantung dekat pintu masuk.
"Duluan!" ujas Laskar sebelum benar-benar pergi dari kamar kostnya.
Laskar menjalani hidup kuliahnya dengan damai. Tak jauh beda dengan masa SMA-nya, Laskar kerap kali membuat gaduh di fakultasnya. Entah itu bertengkar dengan orang lain, atau kadang membolos kelas karena malas, tapi ia kembali insyaf ketika mendapatkan pesan suara dari Adel yang mengingatkannya untuk tidak bertingkah laku nakal seperti masa sekolahnya dulu.
Soal Agung, kini mereka berdua menjadi kawan baik. Agung tidak sejahat yang Laskar pikirkan. Anak itu hanya bosan dan tidak tahu apa yang harus diperbuat selain membuat onar. Mereka berdua memiliki potensi yang berbeda dan kepandaian dalam hal yang berbeda juga.
Banyak dari teman Laskar yang bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang Laskar lulus seleksi SBMPTN masuk universitas Gadjah Mada yang tingkat keketatan seleksi penerimaan yang tinggi. Tapi usaha tentu tidak mengkhianati hasil. Karena kerja kerasnya, Laskar belajar dengan giat dan berakhir keterima di universitas terbaik.
Kalo soal Agung, laki-laki itu walau biang onar tapi dia memiliki otak cerdas berkat kedua orang tuanya yang sama-sama memiliki gelar lulusan terbaik semasa sekolah mereka. Wajar saja kepintaran menurun pada Agung.
"Mau berangkat kuliah ya, Las?" tanya seorang gadis yang tinggal di kost-kostan yang sama dengan Laskar.
"Menurut lo?" tanya Laskar ketus.
Gadis itu bernama Lauren. Seorang gadis yang terkenal dengan kecantikannya dan juga banyaknya mantan dari fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada. Itulah kira-kira yang Laskar ketahui tentang Lauren. Yang ia dengar, gadis itu menyukainya.
"Bareng dong? Kebetulan gue ada kelas juga," ujarnya sambil menarik lengan kiri Laskar.
Laskar sontak menepis tangan Lauren kasar, "Ban gue bisa gembes."
Lauren lantas membulatkan matanya terkejut dengan ucapan Laskar, "Laskar! Gue nggak gendut ya!"
Tanpa mengindahkan ucapan Lauren, Laskar pun langsung menancapkan pedal gas motornya dan meninggalkan Lauren yang sibuk menggerutu.
"Minggir woy!" seru Agung yang hendak mengeluarkan sepeda motornya.
Lauren menatap tajam ke arah Agung.
"Dibelokin ke situ 'kan bisa!" sahut Lauren ketus.
"Tinggal minggir apa susahnya si, anjir?!"
***
Akila menguap lebar akibat terlalu bosan dengan mata pelajaran matematika saat ini. Berbanding terbalik dengan Adel dan Kirana, kedua temannya itu justru dengan hikmat memperhatikan gurunya yang terus menerangkan materi yang sama sekali tidak masuk di otak Akila.
"Baiklah, saya akhiri sampai sini. Jangan lupa tugas rumahnya dikerjakan!"
"Baik, Bu!" sahut seisi kelas dengan serempak.
Setelah memastikan bahwa guru matematika telah pergi, Akila mulai meregangkan otot-otot tubuhnya. Ia mengecek ponsel sejenak lalu kembali mematikannya.
"Del, lo bakal belajar buat Olim lagi?" tanya Akila.
Di tahun ini, Adel dan Kirana disatukan dengan Akila di kelas yang sama. Akila tidak menyangka ia akan masuk ke dalam kelas unggulan IPS satu. Entah tertimpa keberuntungan apa lagi sampai-sampai ia yang hobi tidur di kelas dapat masuk kelas unggulan.
"Iya, nih. Kamu sama Kirana duluan ke kantin aja," pinta Adel seraya merapikan buku-bukunya yang hendak ia bawa ke ruang diskusi.
"Oke, semangat ya!"
Adel menganggukkan kepalanya. "Beliin roti ya," pinta Adel.
"Siap."
Mereka bertiga pun berpisah arah. Kirana dan Akila yang pergi ke kantin, sedangkan Adel pergi menuju ruangan diskusi untuk mempelajari materi Olimpiade matematika untuk menghadapi perlombaan yang akan segera dimulai pada awal bulan September.
Adel membuka ponselnya untuk memastikan kabar dari Laskar. Sudah seminggu lebih Laskar tidak menghubunginya. Adel ingin sekali menanyakan kabar, tapi ada keraguan ketika hendak mengirimkan pesan pada Laskar.
"Yang penting sehat aja lah," gumam Adel sembari memasukkan ponselnya ke dalam saku rok sekolahnya.
Ketika melewati toilet siswi, tak sengaja Adel mendengar suara jeritan perempuan dari dalam. Ia pun langsung mengecek keadaan. Begitu masuk, ia melihat rombongan perempuan tengah mengeroyok seorang siswi yang tentu saja Adel kenal. Gadis itu Thalia, rambut berantakan serta seragam yang sudah basah membuat Adel meringis kesal.
"Heh?! Ngapain kalian?!" seru Adel pada rombongan siswi tersebut.
Sontak seluruh atensi tertuju pada Adel.
"Nggak usah ikut campur!" ujar salah satu dari mereka.
"Gimana aku nggak ikut campur kalo ada temen aku yang dijahatin?!"
Saat hendak melayangkan tangannya, pergerakan siswi tersebut tertahan oleh tangan kekar milik seseorang di belakang Adel.
"Beraninya keroyokan," sinis Azhar sembari menghempaskan tangan siswi tadi.
"Cabut, guys!" seru siswi tadi sambil berjalan cepat meninggalkan toilet dan disusul dengan antek-anteknya.
"Lo nggak apa-apa, 'kan?" tanya Azhar pada Adel.
Adel menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa, kok. Thalia kamu nggak apa-apa?" tanya Adel sembari berjalan mendekati Thalia.
"Gue bisa sendiri," ketusnya.
Setelah berucap demikian, Thalia langsung pergi meninggalkan toilet sekolah. Adel masih menatap kepergian Thalia dengan wajah sedihnya. Mau sampai kapan pertemanan mereka akan renggang seperti ini? Tanya Adel dalam hati.
"Udah nggak apa-apa. Mungkin dia masih kaget sama kejadian tadi," ujar Azhar berusaha menghibur Adel yang tampak sedih sehabis memberi perhatian pada Thalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
LASKAR
Teen FictionSiapa sangka seorang berandalan sekolah seperti Laskar yang terkenal akan kenakalannya justru jatuh hati pada gadis yang alim? Adipati Laskar Bagaskara. Siswa yang selalu menjadi bulan-bulanan para guru dan pihak OSIS karena kerap sekali membuat...