Epilog

14.4K 969 110
                                    


Setelah selesai menyusun segalanya, Laskar akhirnya dapat melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Muslim, yakni menikah. Seperti yang diterangkan dalam hadist Rasulullah,
Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam juga memerintahkan kita untuk menikah, beliau bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, barang siapa yang sudah sanggup menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu obat pengekang nafsunya.” (HR. Bukhari no. 5056, Muslim no. 1400).
Laskar sedari tadi tengah berusaha kuat untuk menetralkan degup jantungnya karena sebentar lagi ia akan mengucapkan ijab qobul menikah yang insya Allah hanya akan ia ucapkan sekali salam seumur hidup.

Di hadapannya sudah ada seorang wanita cantik dengan jilbab yang melekat di kepalanya. Kebaya berwarna putih itu seakan menyatu menjadi perpaduan sangat cocok dengan kulit wanitanya yang putih. Lidahnya seketika kelu, sampai akhirnya Dirga menepuk pundak Laskar untuk menyadarkan kesadaran Laskar yang sempat melayang.

Sang penghulu yang sudah duduk di hadapan Laskar pun bersiap menjabat tangan Laskar lalu dibalas uluran tangan tersebut dengan tangan dingin Laskar akibat terlalu gugup.

"Saya nikahkan dan kawinkan saudara Adipati Laskar Bagaskara bin Adipati Dirgantara dengan saudari Adeline Aquila binti Bapak Abdul Hidayah dengan seperangkat alat salat dan emas seberat tiga puluh gram dibayar tunai," pimpin sang penghulu dengan jelas dan tegas.

"Saya terima nikah dan kawinnya saudari Adeline Aquila binti Bapak Abdul Hidayah dengan seperangkat alat salat dan emas seberat tiga puluh gram dibayar tunai," sahut Laskar dengan sekali tarikan napas. Tanpa pengulangan, tanpa jeda, jelas dan tegas. Adel berakhir memakai nama wali hakim mengingat tidak ada wali nasab yang dapat hadir, ia sendiri saja tidak tahu wali nasabnya siapa. 

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!" sahut seluruh hadirin yang menghadiri acara pernikahan Laskar. Tak terkecuali dengan para sahabat Laskar maupun Adel karena mereka berteriak 'sah' paling keras.

"Alhamdulillahirabnil 'alamin," ujar sang penghulu seraya menengadahkan tangannya untuk berdoa.

"Baarakallahu laka wa baarakaa 'alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir."

Setelah doa akad berlangsung, semuanya mengusap wajah masing-masing berharap untuk kebaikan atas pernikahan pengantin baru tersebut.

Tak cukup sampai situ, baru saja Laskar menghembuskan napas lega karena berhasil mengucapkan janji suci dengan lancar, sekarang ia dibuat berdebar tidak karuan lagi oleh istrinya yang baru ia sahkan beberapa menit yang lalu. 

"Ayo, salim sama suamimu Nak," ujar Amira yang duduk di sebelah Adel. Gadis itu pun mengangguk pelan lalu bergeser sedikit untuk mendekati Laskar. Adel terkekeh kecil karena melihat wajah gugup Laskar.
Perlahan Adel hendak menyentuh tangan suaminya yang mendadak kaku di sebelahnya. Namun, laki-laki itu justru berubah menjadi patung di hari spesialnya. Laskar tersadar begitu tangan Adel menyentuh telapak tangannya, lalu disusul bibir mungil Adel sudah menyentuh punggung tangannya yang dingin.

LASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang