T w o n e

8.3K 917 20
                                    

"Cep, lo kayaknya kudu baikan sama Laskar deh." Indra kembali membujuk Cecep untuk tidak terlalu lama mendiami Laskar. Setelah kejadian tadi pagi, Laskar dan Cecep sama-sama pergi dari kantin dan tidak menunjukkan batang hidung mereka di sekolah. Sampai akhirnya Indra dan Angga memutuskan untuk pergi mencari Cecep. Dan benar saja, mereka menemukan Cecep di ruang unit kesehatan sekolah (UKS).

"Lo kalo mau belain si Laskar mending lo balik," usirnya tanpa menoleh pada Indra.

"Inget, Cep! Inget! Besok kita tampil!" seru Indra seraya memukul ranjang Cecep berkali-kali, membuat Cecep berdecak kesal.

"Ya lo berdua ngapain di sini?" tanya Cecep.

"Ya bujuk lo lah. Lo kan kalo ngambek udah kayak cewek, lama!" ujar Angga yang diangguki kepala setuju oleh Indra.

"Anjir ya lo berdua!" umpatnya sambil melempar ponselnya ke ranjang.

"Lo nyadar ngga sih? Laskar tuh lagi tahap perubahan. Inget, Cep, gara-gara Adel si Laskar langsung berubah. Yang tadinya ngga mau sholat, jadi mau sholat walau masih bolong-bolong." Cecep lantas memutar bola matanya jengah mendengar penuturan Indra.

"Gue kesel aja sama mereka berdua. Laskar juga sejak kapan jadi bucin begini?"

"Lo kok kayak cemburu gitu sama si Adel? Jangan-jangan lo demen sama Laskar?!" Cecep sontak membulatkan matanya terkejut dengan ucapan Indra. Bisa-bisanya sahabatnya itu berspekulasi bahwa ia menyukai sesama jenis.

"Jangan keras-keras anjir!"

"Cecep suka sama Laskar?" lirih seseorang yang tak sengaja mendengar perbincangan tiga laki-laki tersebut dari balik tirai yang berada tak jauh dari mereka. Ia pun bergegas keluar ruangan dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara.

***

Adel memasuki ruangan dimana Amira berada. Ia mendekati ranjang Amira kemudian mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Ia meraih tangan kanan Amira kemudian menggenggamnya erat.

"Bunda yang sabar, ya? Adel lagi nyari pinjaman uang buat biaya operasi bunda."

Adel mendongakkan kepalanya menatap langit-langit kamar guna menahan air matanya yang hendak mengalir.

"Ada orang baik hati pengen bantu minjemin uangnya buat Adel," ujar Adel.

"Dia kakak kelas Adel, bun. Dia laki-laki yang pernah Adel ceritain ke bunda waktu itu," imbuhnya dengan diakhiri senyuman kecil.

Flashback.

Sepulangnya Adel dari pekerjaan paruh waktunya, Adel langsung mendudukkan tubuhnya di atas ranjangnya. Ia melepaskan jam tangannya kemudian ia letakkan di atas meja belajarnya yang berada tepat di sebelah ranjangnya.

"Del, udah pulang?" tanya Amira guna memastikan bahwa putrinyalah yang membuka pintu tadi.

"Iya, bun," sahut Adel.

Pintu kamar Adel pun terbuka dan menampilkan Amira yang baru saja dari kamarnya. "Itu di jemuran tuh baju seragamnya siapa?"

Adel lantas gelagapan sendiri. "Itu punya kakak kelas Adel, bun."

"Kok ada di kamu? Kamu pacaran, yah?" todong Amira tegas.

"Ngga kok. Tadi siang Adel ngga sengaja nyiram baju kakak kelas Adel di sekolah," jawab Adel jujur.

"Ganteng ngga kakak kelas kamu?" tanya Amira dengan sedikit menggoda.

"Apaan sih, bun? Kok jadi ke situ bahasnya?"

Amira pun terkekeh kecil. "Ganteng ngga?"

"Ganteng, bun. Ganteng banget malah," sahut Adel tanpa menutupi.

"Hayo ... kamu suka, yah?"

"Ngga kok! Adel mah mana pantes suka sama dia," sahut Adel mengingat kastanya dan Laskar sangat berbeda.

"Jangan ngomong gitu. Kamu mana tau nanti tiba-tiba Allah kasih jodoh yang ngga terduga buat kamu."

Off.

"Adel suka sama kak Laskar semenjak hari itu."

•••

—tbc
PART TERPENDEK!
TIDAK ADA IDE.
TERIMA KASIH SUDAH MAU MEMBACA.

LASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang