Ucapan Laskar di kantin pada istirahat pertama lalu ternyata bukan bohong belaka. Saat ini Laskar dan ketiga temannya tengah berjalan menuju musholla sekolah yang berada lumayan jauh dari kelasnya. Mereka berjalan beriringan dengan sesekali disertai perdebatan antara Cecep dan Indra.
Tak henti-hentinya Indra menggoda Laskar yang niat untuk beribadah, dan saat itu juga mulut Cecep selalu menyela. Angga dan Laskar yang sedari tadi diam hanya menghela napas berat karena tingkah kedua temannya itu.
"Bisa kagak sih lo berdua kagak ribut sehari aja?" tanya Angga dengan geram.
"Si boncel nih ngajak ribut duluan!" ketus Indra sembari menunjuk Cecep yang berada di sebelahnya.
"Nyalahin gue mulu lo! Ngajak berantem?"
"Huh, tenang dulu!" sela Angga dengan nada anak kecil pada iklan permen susu.
"Jangan ikutan gila deh, Ga." Angga pun terkekeh pelan karena teguran Laskar.
"Eh, ada Bidadari," goda Indra begitu melihat Adel, Kirana, dan Thalia baru saja keluar dari dalam kelas.
"Jangan gatel," celetuk Cecep ketika jiwa ke-buayaan Indra muncul begitu melihat gadis cantik.
Laskar menatap Adel datar, sedangkan yang ditatap langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. Ketiga gadis itu berhenti sejenak agar rombongan Laskar berjalan lebih dulu.
"Kok berenti? Ayo bareng. Mau sholat 'kan?" tanya Indra setelah melihat mukena yang dibawa masing-masing adik kelasnya.
"Duluan aja, Kak." sahut Thalia.
Rombongan Laskar pun lebih memilih jalan terlebih dahulu. Thalia dan Kirana sempat bingung ketika para Kakak kelasnya lewat depan kelas mereka. Setahu mereka, jarak Kelas 12-IPS 3 dengan 11-IPS 3 terbilang cukup jauh. lagi pula itu bukan jalan ke kantin.
"Mereka mau kemana?" tanya Kirana.
Thalia mengangkat bahunya. "Engga tau. Mau ke kelas temennya kali."
Mereka pun akhirnya kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju musholla.
Sesampainya mereka di musholla, Adel dan kedua temannya dibuat terkejut ketika melihat Laskar dan teman-temannya baru saja selesai mengambil wudhu. Terlihat dari rambut dan celana bagian bawah mereka yang basah.
Kirana yang memang tidak kuat akan godaan wajah tampan Kakak kelasnya langsung melenguh pelan, mengagumi wajah-wajah Kakak kelasnya yang semakin tampan ketika selesai wudhu.
"Mingkem!" celetuk Thalia seraya membekap mulut Kirana yang sedikit terbuka dengan tangannya.
"Mereka sholat?" bisik Thalia ketika rombongan Laskar berjalan masuk kedalam musholla.
"Ya emang mereka ngga pernah sholat?" tanya Adel ikut berbisik.
"Selama kita sekolah di sini, aku atau Thalia ngga pernah liat mereka masuk musholla," jawab Kirana dengan pandangan masih kearah rombongan Laskar.
"Hush! Malah gibah, ayo sholat."
Mereka pun akhirnya menyudahi aksi bisik-bisiknya dan lebih memilih mengambil wudhu sebelum musholla ramai.
Saat hendak membuka jilbab mereka, tiba-tiba kepala Indra muncul dari balik pintu masuk tempat wudhu siswi. Sontak Adel dan kedua temannya langsung berteriak, hingga Indra menutup telinganya menggunakan kedua tangannya.
"Sst ... jangan teriak dong," pinta Indra.
"Ngapain sih Kak Indra kesini?! Gimana kalo Kakak dateng pas semuanya udah buka jilbab semua?!" sembur Thalia seraya merapihkan kembali tatanan jilbabnya.
Indra terkekeh pelan lalu menyatukan kedua telapak tangannya. "Maap deh, hehehe."
"Ngapain, Kak?" tanya Kirana.
"Mau bareng ngga sholatnya?"
Ketiga gadis itu langsung saling pandang satu sama lain lalu menoleh ke Indra. "Tungguin, yah?"
"Oke."
Setelah berucap demikian, Indra langsung berlari meninggalkan area wudhu siswi. Ketiga gadis itupun kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.
Sembari menunggu adik kelasnya mengambil wudhu, Laskar dan teman-temannya pun melakukan aktivitas lain. Seperti, main suit gunting - batu - kertas untuk menunjuk siapa yang akan menjadi imam.
"Yang kalah jadi imam!" ujar Cecep yang langsung diangguki kepala oleh yang lainnya.
Mereka pun duduk melingkar seraya mengambil ancang-ancang untuk memulai suit.
"Gunting - batu - kertas!" seru mereka kompak.
Untuk suit pertama, belum ada yang memenangkan suit ini. Mereka pun melakukan suit yang kedua.
"Gunting - batu - kertas!"
Pada suit kedua dimenangkan oleh Laskar, Indra, dan Cecep. Berakhirlah Angga yang mendapat tugas untuk menjadi imam sholat kali ini. Dan setelah itu juga Adel dan teman-temannya masuk ke dalam musholla lengkap dengan mengenakan mukena.
"Siapa imamnya?" tanya Thalia.
Indra pun tersenyum miring. "Bebeb lo."
Thalia mendelik tajam lalu mengalihkan pandangannya dari Indra. Angga memperhatikan saf sebelum mulai. Di sisi lain, para siswi dibuat terkagum-kagum oleh Laskar dan teman-temannya. Mereka tidak menyangka bahwa berandalan pun tak selamanya bejat.
"Allahuakbar."
•••
"Adel, tipe suami idaman kamu seperti apa?" tanya Indra begitu keluar dari mushollah.
Adel mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa emangnya, kak?"
"Pengen tau aja hehe, Laskar mau memantaskan diri, tapi masih banyak yang harus dikejar." Laskar mendelik tajam kearah Indra ketika mendengar namanya disebut begitu saja.
Thalia dan Karina terkekeh kecil. "Lagi ngikutin tren dari Rey Bambang, Del." Ujar Thalia.
"Rey Mbayang anjir!" semprot Cecep.
"Tapi Laskar betul-betul ingin memantaskan diri, Del."
Laskar yang sudah tidak tahan dengan kelakuan Indra langsung menjitak kepala Indra, membuat sang empu meringis kesakitan.
"Buruan memantaskan diri Kak, soalnya Azhar lebih gercep dari Kak Laskar," ujar Kirana, bercanda.
"Berisik!" sembur Laskar ketus.
"Kok sholat ngga ngajak aku, Del?" Adel mendongakkan kepalanya menatap sang pemilik suara. Ia tersenyum kecil begitu melihat Azhar tengah berdiri tak jauh dari posisinya sekarang.
"Maaf ya, tadi aku liat kamu lagi sibuk sama Hamdan jadi ngga aku ajakin." Azhar pun mengangguk paham.
Indra yang melihat tatapan tidak suka dari Laskar pun tersenyum tipis. Bahan godaan untuk Laskar semakin banyak, pikirnya.
"Harus banget Adel ngajakin lo?" tanya Cecep ketus.
"Engga juga. Buktinya gue udah disini tanpa diajak Adel," sahut Azhar, santai.
"Udah ah sholat sono!" titah Thalia ketus.
Azhar pun melirik sekilas kearah Thalia kemudian tersenyum manis kearah Adel. "Duluan, Del."
"Eh, iya Har."
•••
—tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
LASKAR
Teen FictionSiapa sangka seorang berandalan sekolah seperti Laskar yang terkenal akan kenakalannya justru jatuh hati pada gadis yang alim? Adipati Laskar Bagaskara. Siswa yang selalu menjadi bulan-bulanan para guru dan pihak OSIS karena kerap sekali membuat...