"Cuy, katanya abis UN kelas kita mau ngadain kemping bersama. Lo pada ikut kagak?" tanya Indra pada ketiga temannya.
Kelas dua belas yang akan segera melaksanakan Ujian Nasional diberi waktu istirahat dan belajar di rumah oleh pihak sekolah alias libur. Namun, bukannya belajar di rumah, ketiga teman Laskar justru datang ke rumah dengan alasan bosan di rumah terus-menerus selama tiga hari.
"Nggak tertarik," sahut Rangga.
"Gue juga," imbuh Laskar dengan pandangan terfokus pada buku materinya.
Indra menghela napasnya kesal. "Kok lo pada nggak minat buat ikut si? Kan seru rame-rame sekelas ngadain kemping," ujar Indra.
"Yaelah temen sekelas kita juga masih sama, itu-itu juga orangnya. Lo mau ikut mah ikut aja," ujar Rangga.
"Kalo kita nggak full team tuh kagak seru acaranya," sahut Indra sembari menuang jus jeruk yang disediakan ke dalam gelas.
"Lo baca buku terus dah, UN juga masih dua hari lagi," ujar Cecep yang sedari tadi memperhatikan aktivitas Laskar.
"Dibilangin gue pengen jadi dokter," jawab Laskar tanpa mengalihkan pandangannya.
"Las, bapak lo dah tajir. Ngapain lo capek-capek belajar buat jadi dokter," ujar Indra.
Laskar menghela napasnya pelan. "Bokap gue nggak selamanya sehat terus buat jalanin bisnisnya. Kalopun gue disuruh nerusin, gue ngerasa nggak berpotensi buat kerja jadi pembisnis," ujar Laskar.
"MasyaAllah Laskar ... otak anda semakin pintar," ujar Rangga sambil bertepuk tangan.
"Jelaslah. Nggak kebayang kalo gue punya anak tapi tiap anak gua nanya tentang tugas guanya nggak tau," ujar Laskar.
"Mantab lah pokoknya!" puji Cecep sambil menepuk pundak Laskar.
"Lo pada kagak mau mandi? Bentar lagi sholat Jum'at," tanya Laskar ketika melihat jam dinding yang mengarah pada pukul sebelas.
"Nanti aja, dengerin khutbahnya sambil jalan biar sampe sana tau-tau sholat."
Laskar melempar kaos kotornya ke arah Indra. "Enak aja, kagak dapet berkahnya dodol! Mandi duluan sono! Gua cariin baju sopan."
"Ajib dah. Laskar demen ama Adel jadi alim begini," goda Cecep.
"Apaan si? Mandi sono!"
"Cep, ayo suit. Yang kalah mandi duluan," ajak Indra.
Dengan malas Cecep menuruti perintah Indra. Untuk kali pertama suit, keduanya sama-sama mengeluarkan batu, hingga suit kedua dimenangkan oleh Cecep. Berakhirlah Indra yang harus mandi pertama.
"Jangan pake sikat gigi gue!" tegas Laskar pada Indra yang hendak masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar Laskar.
"Iye!"
"Las, nanti kalo lo masuk surga duluan jangan lupa ajakin kita ya."
"Lo berharap gue mati duluan?" tanya Laskar.
"Nggak gitu konsepnya."
***
"Sepi banget nggak ada kakak kelas, nggak ada yang seger-seger," keluh Akila sambil menutup buku komiknya.
Kirana menyodorkan gelas es teh kepada Akila. "Nih, seger."
"Bukan gitu maksudku, Kir."
"Kangen sama Kak Indra, ya?" goda Adel pada Akila.
"Lo hobi banget ngegodain temen ye. Mana mungkin gue kangen sama Indra," sahut Akila.
"Ya 'kan siapa tau. Kamu sama Kak Indra tuh jadi lengket semenjak kepulangan Kak Laskar dari rumah sakit," ujar Kirana yang ikut tertarik menggoda Akila.
"Cowok nggak modal begitu, nggak menarik."
"Awas loh, kalo beneran jodoh aku ketawain," ujar Kirana yang dibalas dengan gerakan mulut mengejek.
"Kamu masih kerja di kafe, Del?" tanya Kirana sambil menarik kembali gelas es teh yang ia berikan pada Akila.
Adel menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan. "Alhamdulillah masih."
"Kok lo bisa si bagi waktu kerja sama sekolah? Emang kagak capek?" tanya Akila.
"Seru tau kalo kerja tuh. Lagipula kerja di kafe tiap hari sabtu sama ahad doang, jadi lumayan gampang bagi waktunya."
Kirana dan Akila pun menganggukkan kepala tanda paham.
"Bentar lagi selesai sholat Jum'at, kita sholat Dzuhur yuk?" ajak Adel.
Kirana dan Akila pun langsung menyetujui ajakan Adel. Mereka bangkit dari meja kantin hendak pergi ke musholla sekolah.
"Yang sampe duluan dapet mukena baru!" ujar Kirana sambil berlari masuk ke dalam musholla demi mendapatkan mukena yang baru saja dibeli oleh pihak sekolah untuk pinjaman alat sholat pada murid maupun guru.
Adel dan Akila pun tak mau kalah. Mereka langsung berlari kencang demi mendapatkan mukena tersebut. Memang bukan hanya satu mukena yang dibeli, melainkan ada lima mukena baru. Tapi empat di antaranya sudah dipakai oleh siswi yang lebih dulu sampai.
"Yes, dapet!" ujar Kirana sembari menarik mukena tersebut dari dalam lemari.
"Ah curang, kamu lari duluan," ujar Adel sambil menormalkan napasnya.
Akila menganggukkan kepalanya setuju. "Wangi nggak, Kir?" tanya Kirana.
Kirana lantas mencium aroma mukena yang ia ambil. "Wangi banget," sahut Kirana.
Mau tak mau Akila dan Adel harus memakai mukena yang lama karena dari mereka tidak ada yang membawa alat sholat dari rumah. Setelah memastikan tidak ada satu helai rambut yang keluar, Adel pun merapihkan tatanan jilbab Akila.
"Rambutnya sini," ujar Adel seraya menyelipkan anak rambut yang keluar dari mukena yang Akila kenakan.
"Siapa imam?" tanya Kirana.
Adel dan Akila sontak menunjuk Kirana dengan telunjuk mereka masing-masing. Kirana sendiri hanya dapat menghela napas pelan. "Yaudah, ayo."
Perlu diketahui, bagi kaum wanita yang hendak menjadi imam sholat berjamaah, tentu ada tatacara shalat tersendiri.
Sebagaimana keterangan imam Syafii di dalam kitab Al-Umm, "(Boleh) perempuan menjadi imam bagi para perempuan lainnya di dalam shalat fardu atau lainnya. Dan saya memerintahkannya untuk berada di tengah barisan/saf (para makmumnya)."
Pendapat itu pun selaras dengan hadis yang diriwayatkan dari Aisyah binti Abu Bakar ra dan Ummu Salamah ra, dari Ibnu Abbas ra bahwa, "Seorang wanita mengimami jamaah salat dari kaum wanita dan ia (imam) berdiri di tengah-tengah mereka (yang ada di barisan paling depan)."
Sudah paham tentunya? Mereka pun mulai berbaris dengan Kirana yang berada di tengah-tengah, bukan depan makmum seperti shalat berjamaah dengan imam laki-laki. Untuk menjadi imam, perempuan tidak dianjurkan untuk mengeluarkan suara cukup keras layaknya imam laki-laki. Karena sungguh, fitnah perempuan lebih besar. Cukup bersuara yang dapat terdengar oleh makmumnya.
***
—tbc
Pasti udah pada tau, 'kan?
Sama-sama masih belajar, kalo ada kekurangan atau kesalahan bisa kirim komentar dan sebagainya.
Lafyu gaisseu❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
LASKAR
Teen FictionSiapa sangka seorang berandalan sekolah seperti Laskar yang terkenal akan kenakalannya justru jatuh hati pada gadis yang alim? Adipati Laskar Bagaskara. Siswa yang selalu menjadi bulan-bulanan para guru dan pihak OSIS karena kerap sekali membuat...