t h r e e

19.6K 1.7K 45
                                    

   Laskar tersenyum kecil mengingat wajah Adel ketika gadis itu menangis kencang setelah disuntik. Ia tak menyangka bahwa ada gadis yang tidak memikirkan image di depan orang lain. Wajah yang menggemaskan mampu membuat Laskar merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya.

  Angga yang menyadari senyuman aneh dari Laskar langsung menepuk pipi kiri Laskar agak kencang, membuat sang empu menatap tajam ke arahnya.

"Apaansi, Anjir?!" Angga memberikan cengirannya ketika mendapat respon tidak baik dari Laskar. Ia sepertinya sudah menganggu aktivitas melemaun Laskar.

"Lagian lo aneh, senyum-senyum sendiri kayak orang gila."

"Laskar 'kan emang gila," celetuk Indra yang saat ini tengah menyalin tugas matematika milik Lastri.

Laskar langsung melemparkan Tipe-X entah milik siapa kepada Indra. "Tumben lo nyatet?" Tanya Angga heran.

"Gua nggak nyatet salah, nyatet salah, gua napas aja salah di mata lo?"

"Syukur dah kalo lo nyadar," ujar Angga sembari menepuk pundak Indra seakan-akan bangga kepada sahabatnya itu.

"Eh, yang kemarin nangis di aula siapa dah? Lucu anjir, jadi pengen ngegebet." Tanya Indra di sela-sela aktivitas menyalinnya.

Angga tampak tengah mengingat wajah gadis yang menangis ketika disuntik kemarin.

"Punya gue," celetuk Laskar tiba-tiba. Angga dan Indra spontan menoleh ke arah Laskar dengan tatapan bingung.

"Apanya yang punya lo?" Tanya Angga bingung.

"Cewe kemarin target gue," jawab Laskar datar.

Angga dan Indra sontak membulatkan matanya terkejut, Angga menempelkan punggung tangannya pada dahi Laskar namun langsung ditepis kasar olehnya.

"Serius ini Laskar?" Tanya Indra pada Angga.

"Serah lo pada, intinya lo pada jangan ngegaet punya gue!"

"Las, lo nggak liat cara dia berpakaian, dia keliatan alim, Bro. Dia mana mau ama tipikal kek elu!" ujar Angga.

Laskar terdiam sejenak. "Siapa si yang bakal nolak gua?"

"SONGONG ANYING!" seru Angga dan Indra bersamaan.

•••

Bel istirahat kedua telah berbunyi, menandakan kegiatan belajar-mengajar telah usai dan diganti dengan jam istirahat. Guru-guru dan para murid mulai meninggalkan area kelas. Kantin yang menjadi sasaran utama para siswa kini telah ramai, dapat Adel lihat dari jendela tepat di sebelahnya yang dapat menunjukkan suasana ramainya kantin saat ini. Dan pada saat itu pula suara adzan mulai berkumandang.

"MasyaAllah, itu siapa yang adzan? Suaranya ganteng banget!" Pekik Adel girang ketika mendengar suara adzan yang berasal dari mushollah milik sekolah.

"Gila kali nilai ganteng dari suara," celetuk Thalia yang dibuat heran oleh tingkah Adel.

"Yang adzan kak Razka, gak cuman suaranya yang ganteng, mukanya juga ganteng, otaknya juga ganteng!" ujar Kirana menimpali sama histerisnya dengan Adel.

"Tadi suara, sekarang otak yang ganteng, kalian ini kenapa, sih?"

"Maksud aku tuh Kak Razka tuh pinter, gitu aja nggak paham!" jawab Kirana.

"Ayok sholat, aku mau liat muka Kak Razka!" Ajak Adel pada kedua temannya. Ia pun mulai mengeluarkan mukena yang biasa ia bawa ke sekolah dari dalam tasnya, begitu pula dengan Kirana dan Thalia.

Mereka bertiga pun berjalan beriringan menuju musholla, dimana murid-murid lain lebih memilih pergi ke kantin, mereka justru memilih pergi ke musholla. Karena alasan ibadah itu yang utama, padahal alasan yang sebenarnya mereka tidak ingin mengantri dalam mengambil wudhu.

LASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang