part 25

18 7 3
                                    

🍄🍄🍄

Pulang sekolah

Zira kembali bersama teman-teman menuju ke parkiran sekolah

"Zir" ucap Rinjani

"Iya?"

"Gua mau lo sama temen gua nganter gua pergi ke Bali . Anggap aja itu untuk terakhir Kalinya kita bertemu"

"Rin jangan bilang itu, lo temen gua."

"Dateng ya besok malam, gua tunggu"

"Baiklah, dah.."

"Dah"

Rinjani pergi begitu juga dengan Zira. Bagi Zira tidak ada kata musuh dalam pertemanan apa lagi rasa takut kehilangan dalam masalah cinta itu hal yang wajar.

Rumah

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam, Zira cepat bersiap bang Deru sakit dan di bawa ke rumah sakit terdekat katanya sakitnya para"

"Benarkah? Kenapa ibu gak telefon Zira?"

"Ibu lupa"

Zira bersiap pergi menuju rumah sakit tanpa mengganti pakaiannya.

Ruang melati 13

"Bang Deru gak apa?" Tanya Zira sembari mengupas beberapa buah apel untuk Abang Deru

"Gak apa, eh kamu baru pulang sekolah? Udah makan belum?"

"Udah tadi di kantin"

"Kan di kantin, baru ini gak kan?"

"Hehe gak"

"Udah malam lo udah jam 19:20"

"Nih apel Abang"

Bang Deru mengambil apel

"Udah sekarang kamu makan di luar rumah sakit. Abang kan ada bibi"

"Oke deh Zira keluar dulu ya"

"Iya"

Toko luar R.S

"Berapa pak?" tanya Zira

"20.000.00"

"Nih"

"Kamu kok gak ngerti sih aku nunggu kamu"

"Tapi kamu kan tau aku sedang kerja"

"Ya udah ngabarin Napa?"

Zira melihat perdebatan kedua kekasih yang berada di depan toko nasi itu

"Kesihan, kalo ada janji tuh tepati"

Zira berjalan menjauh dari toko itu tiba tiba
"Hendru.."

Zira berlari menuju sekolahnya yang jarang yang sangat sangat jauh dari toko itu.

"Hu capek, hen" teriak Zira

Benar saja Hendru tampak menyeruput teh di halte bus

"Lo masih nunggu gua? Gak les lo?"

"Gua bolos, gua bilang ada kerja kelompok" sahut Hendru dengan santainya

Zira duduk di sebelah Hendru dan menarik minumannya
"Mau bilang apa sih? Nekat banget?" Ucap Zira sembari menyeruput teh Hendru, Hendru menatap sedu ke arah Zira

"Gini, gua gak yakin lo bakal percaya tapi cobalah untuk mengerti"

"Mengerti apa lagi sih?"

"Mengerti bahwa Frian gak suka lo"

"Terus siapa yang suka gua? Lo?
Hahaha aneh aneh deh lo hen"

Hendru terdiam, mulutnya seketika susah mencari jawaban yang tepat atas ucapan Zira
"Gua serius, dia gak ada niat buat menjalin hubungan dengan lo"

"Ya udah dari pada bicara ngawur lebih baik kita makan yok, mari cuci tangan dan gua ada nasi kita makan bareng oke?"

"Ta--"

"Udah jangan gengsi gua tau lo laper" Zira berjalan menuju tempat cuci tangan di halte sekolah

Mereka makan di pinggir jalan tanpa merasa malu.

"Ini pertama kali di hidup gua" ucap Hendru

"Pertama kali apanya?"

"Makan di pinggir jalan"

"Haha gini ya rasa laper lo itu adalah kebenaran dan rasa malu lo itu gengsi lo. Jadi gini ibu gua selalu bilang gini, jika lo suka jika Lo mau melakukan sesuatu yang orang anggap aneh lakukan aja selagi bisa"

"Ibu kamu panutan kamu?"

"Iya tapi ya gitu deh sering gelud"

"Seru ya"

"Maaf ya gua gak sengaja bikin Lo down seketika"

"Gak apa kali"

"Eh tempe bacem Lo gak mau nih?"

"Boleh boleh"

Mereka makan di pinggir jalan, jujur saja bagi Zira Hendru adalah teman terbaik untuk nya. Mengingat dia tidak mempunyai teman lelaki selain Hendru.

"Pulang kemana?"

"Ke R.S"

"Lo sakit? Apa yang sakit? Di mana?"

"Gak Abang gua yang sakit
Biasa habis kerja lembur"

"Kirain Lo"

"Kalo gua emangnya kenapa?"

"Gak ada gua takut aja lo sakit parah"

"Doa in aja semoga gua gak  sakit-sakitan"

"Amin"

Bus datang dan mereka pulang bersama

Toko bunga ibu Kirana

"Bunga mawar 8
Bunga matahari 1" ucap Kirana sembari menyisihkan beberapa bunga yang orang pesan online

"Permisi"

"Iya mau beli apa?" Tanya ibu Kirana

"Mau beli bunga mawar itu berapa?"

"Ouh satunya 7.000"

"Keknya bagus ya"

Mendengar ibunya berbincang Kirana juga ikut keluar melihat pelanggan itu

"Eh Ferdianto?"

"Kirana, gua dateng buat beli bunga mawar buat "

"Buat pacar ya? " Sahut ibu Kirana sembari membungkus bunga mawar Ferdianto

"Nih"

"Gak, dia bukan pacarku. Dan aku juga masih menunggu seseorang"

"Seseorang?"

"Iya, takdir sering mempertemukan kami. Kurasa jodoh, eh ini uangnya Bu saya permisi ya"

"Iya"

Kirana berdiri sembari memikirkan apa yang di ucapkan Ferianto barusan

"Seseorang?
Sering bertemu?
Jodoh?
Apa maksudnya?
Apa dia punya kekasih?
Apa wanita itu Yang ada di Cafe miliknya?
Ahh apa ini?"

Plak...
Sebuah serbet di lempar ibu Kirana untuk Kirana

"Berhenti mematung pemalas, sini bantu ibu"

"AW iya bentar"

****

Next part ya
Biasa Koment dan vote jangan lupa

Katakan Saja(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang