Alhamdulillah pesawat kami mendarat di bandara king Abdul Aziz dengan selamat.Kami melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Saat di travel tiba-tiba aku merasa pusing dan mual. Aku menyenderkan kepala pada pundak Gus Mafiq.
"Apalah daya jomblo cuma bisa nyender di kaca" sindir Ning Alika disebelah ku.
"Salah sendiri kabur dari suami" sahut Gus Mafiq.
Rumah tangga Ning Alika sedang di ujung tanduk saat ini. Entah masalah apa yang sedang di alaminya, aku tak tahu.
Gus Mafiq hanya bilang jika Ning Alika hendak mengajukan khulu' pada suaminya. Namun gagal sebab ia sedang hamil empat bulan.
Aku hanya diam tak menanggapi perdebatan kecil antara Gus Mafiq dan Ning Alika.
Saat tiba di basemant hotel aku berjalan pelan.
"Kamu kenapa?" Tanya Ning Alika.
"Gatau mbak rasanya pusing banget"
"Masih kuat jalan kan?" Aku mengangguk pelan.
"Ayo aku bantu... Barang-barang biar si Arham yang ngurus"
"Maaf mbak ngerepotin. Sampean juga sedang hamil"
"Gapapa Za.. lagian aku baik-baik aja kok.. ayo.." Ning Alika membantu ku hingga aku beristirahat di kamar.
Mungkin dibawa tidur sebentar akan menjadi lebih baik.
Sekitar dua jam beristirahat aku bangun. Kepalaku sudah lebih baik, satu jam lagi sepertinya akan azan subuh.
Aku segera bersiap-siap. Tak ingin ketinggalan hari pertama di Madinah untuk shalat subuh di masjid Nabawi.
"Keadaan kamu gimana?" Tanya Ning Alika yang sudah siap hendak keluar.
"Alhamdulillah mbak, sudah lebih baik"
"Tadi Arham pesen kalo kamu masih ngerasa pusing lebih baik shalatnya disini saja"
"Ngga kok mbak.... Insyaallah aku baik. Aku ga ingin menyia-nyiakan waktu disini"
"Yasudah tapi nanti hati-hati ya.. jangan pisah dari aku. Kalau kamu ngerasa pusing cepat bilang"
"Iya mbak.. maaf ya aku ngerepotin"
"Udah santay aja kali... Kamu ini sudah ku anggap sebagai adikku"
Aku berjalan menuju masjid Nabawi bersama para jamaah yang lain.Masih pukul 3 pagi, namun masjid ini sudah terlihat sangat ramai. Aku dan Ning Alika segera mengambil posisi yang pas untuk melaksanakan shalat Sunnah.
Lantunan syukur tak lepas ku ucapkan. Kalimat tahmid, tasbih, dan sebagainya juga tak lupa ku lafadzkan.
Aku sangat bersyukur Allah memberi ku kesempatan untuk menginjakkan kaki di kota nabi ini.
Terasa masih sebentar aku duduk dan bercakap-cakap dengan sang Pencipta, azan subuh sudah berkumandang. Perlahan sekitar ku semakin penuh.
Sekitar 10 menit kemudian Iqamah dikumandangkan.
YaAllah sangat tentram sekali shalat di sini. Ingin rasanya berjamaah lima waktu di masjid Nabawi ini.
Entah kenapa waktu sangat terasa cepat disini. Sepertinya aku baru saja selesai shalat subuh tapi matahari sudah menampakkan wajahnya.
"Za.. kamu baik-baik aja kan?" Aku mengangguk.
"Ayo kita balik ke hotel, waktunya sarapan"
"Sebentar lagi Mbak.. nanggung Dhuha".
KAMU SEDANG MEMBACA
Addawaul Qalbi [END]
Mystery / Thriller"Aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi padaku setelah hari ini. Tapi aku yakin Allah telah menciptakan takdir yang sangat indah untukku setelah semua cobaan yang kulewati" Zafira Nuril Ulya Rank #1 - Ketulusan #1 - Kesetiaan #1 - Keikhlasan #1...