Sesampainya di kantin rumah sakit kami pun duduk disalah satu meja yang kebetulan kosong.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Pak Riza padaku.
"Emm ngga usah pak, saya kenyang" alibiku.
"Ga usah sungkan Za, saya tau tadi di kantor kamu belum makan siang" jawabnya membuatku mengernyit.
"Saya puasa" gumamku, yang masih terdengar olehnya.
"Oh maaf, saya tidak tau, biar Firla yang makan sendiri saja"
"Lo gapapa Pak, silakan Bapak makan",
"Saya juga puasa" ucapnya.
Aku pun berinisiatif menyuapi anak kecil ini, membuatnya semakin semangat untuk makan. Hingga nasi berporsi untuk orang dewasa ia mampu habiskan.
Entahlah, aku merasa sangat sayang dengannya, walau ini kali pertama kita berjumpa. Akupun masih belum tau, kemana sang ibu. Akupun tak berniat untuk bertanya, takut-takut nanti melukai hati Pak Riza.
***
Sekembalinya dari kantin, azan asar terdengar, aku pun pamit menuju mushalla, yang masih setia bersama Firla. Entahlah, sejak tadi dia tak ingin jauh dariku.
"Firla, sebentar ya, ummi angkat telvon dulu" ucapku melihat nama Mas Mirza tertera dilayar telepon.
"Assalamualaikum iya mas?"
"..."
"Oh iya gapapa, nanti aku pulangnya naik ojol aja, iyawes assalamualaikum".
Setelah itu kami pun kembali ke kamar Pak Zainal di rawat.
Cukup lama aku berbincang-bincang di ruangan putih itu dengan Firla juga Ummah dan Pak Zainal. Pak Riza, jangan ditanyakan, beliau selalu sibuk dengan gawainya.
Entah apa yang dilakukannya dengan benda kotak itu. Aku pun melirik benda bulat dipergelangan tanganku, ah ini waktunya aku pulang.
Untung saja sebelum keluar dari kantor aku merapikan meja kerjaku, dan membawa barangku pula. Jadi, ku tak perlu kembali ke kantor. Namun saat aku hendak pamit, Pak Zainal melarangku untuk pulang sendiri dan menyuruh Pak Riza mengantarku.
Walaupun berusaha menolak beberapa kali, tetaplah gagal. Terlebih Firla sangat antusias ketika mendengar akan ikut mengantarku pulang. Ah, apa kata Abi nanti, jika tau aku pulang diantar oleh seorang duda anak satu. Tamatlah riwayatku.
***
Saat sampai dirumah, kebetulan Abi juga ada di teras rumah. Ku sudah menyiapkan mentalku sejak di rumah sakit. Seumur-umur aku tak pernah membawa seorang laki-laki ke rumah.
Ku sudah siap jika nanti Abi akan memarahiku atau bahkan menyuruhku berhenti bekerja. Sungguh diluar dugaanku, Pak Rizal pun ikut turun, bahkan menyalami Abi yang duduk di kursi tua itu. Abi pun mempersilakan masuk.
Aku pun menghampiri ummi yang sedang di dapur dan membuat minuman untuknya. Firla entah sejak kapan dia duduk manis di depan tv. Aku pun tak tahu apa yang Abi dan Pak Riza perbincangkan, namun mereka terlihat sangat akrab. Namun, sebelum azan maghrib Pak Riza dan Firla pamit pulang, walau sebenarnya Firla masih enggan untuk pulang.
Sepulangnya Pak Riza dan Firla ku sudah siap jika abi memberikan pertanyaan. Namun, alhamdulillah sepertinya tadi Pak Riza menjelaskan siapa dirinya pada abi, hingga abi tak salah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addawaul Qalbi [END]
Mystery / Thriller"Aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi padaku setelah hari ini. Tapi aku yakin Allah telah menciptakan takdir yang sangat indah untukku setelah semua cobaan yang kulewati" Zafira Nuril Ulya Rank #1 - Ketulusan #1 - Kesetiaan #1 - Keikhlasan #1...