Halu? Apa kabar?
Ada yang kangen ga sama Zafira?
***
"Ma.. maaf Gus, Zafir tidak bisa""Ke... Kenapa Ning?" Ucapnya berkaca-kaca.
Baru kali ini aku melihatnya seperti itu.Bahkan ketika ummi wafat pun beliau masih mampu terlihat tegar.
"Maaf Gus, saya tidak bisa memulai semua ini dari awal. Mari kita.."
"Ning.. saya tak mampu untuk menceraikan sampean"
"Mari kita lanjutkan perjalanan ini Gus" ucapku tersenyum padanya.
"Maksudnya Ning?"
"Zafir ga mau memulai dari awal lagi. Zafir ingin melanjutkan pernikahan ini. Jadikan masalah ini sebagai pelajaran buat kita kedepannya. Tanpa adanya hari kemarin tak kan ada hari ini. Yang terjadi dihari sebelumnya tak harus kita lupakan kan Gus?" Ucapku tersenyum membuatnya langsung memelukku.
"Terimakasih Ning, Terimakasih. Maaf atas kesalahan saya dimasa lalu, maaf juga saya masih belum menjadi suami yang baik untuk sampean" ucapnya sembari mengecup kepalaku berkali-kali.
"Tak ada yang salah disini Gus, hanya sedikit kesalahpahaman yang harus diluruskan. Saya juga Terimakasih jenengan sabar menunggu saya bahkan sejak 10 tahun lalu. Maaf jika saya masih belum menjadi istri yang baik. Mari kita perbaiki semuanya"
Aku bahagia, entah mengapa sejak mendengar semua penjelasan dari Gus Mafiq ada beban berat yang tiba-tiba lepas dan hilang.
Tak ada lagi keganjalan yang kurasakan. Terimakasih ya Allah engkau telah mempersiapkan jodoh yang begitu sabar dan baik untuk hamba.
***
Ba'da isya' aku memutuskan untuk pulang dari masjid lebih awal.
Malam ini aku akan masak banyak untuk Gus Mafiq. Setelah satu jam aku berkutat di dapur akhirnya selesai.
Saat ini hanya tinggal menunggu Gus Mafiq pulang.
"Assalamualaikum" ucapnya dari luar, membuat aku segera menghampirinya.
"Sudah tadi yang pulang Ning?" Tanyanya saat aku mengambil sorban ditangannya dan menyalaminya.
"Inggih Gus, oiya saya ke kamar dulu, jenengan ke ruang makan duluan nggih" ucapku membuatnya mengangguk.
"Jenengan mau makan sama apa?" Tanyaku.
"Tumben masak banyak?" Alih-alih menjawab, beliau malah bertanya balik.
"Ha? Emm ga ada lagi mood masak banyak hehe"
"Ning, suapin" ucapnya membuatku terkejut.
"In.. inggih Gus, jenenge dhahar kalih nopo" tanyaku gugup.
"Terserah sampean. Semuanya juga boleh" aku pun mengambil nasi juga lauk secukupnya.
"Sampean lucu kalo gugup" ucap pelan Gus Mafiq tapi masih mampu ku dengar, membuat ku menunduk malu.
"Baca doa Gus, jangan ngeliatin saya terus" ucapku pelan.
"Emang saya ngeliatin sampean?" Tanyanya.
"Ihh Gus ngeselin"
"Abisnya sampean lucu kalo lagi salting" ucapnya berbisik berhasil membuat bulu kudukku merinding.
Akhirnya kami pun melanjutkan makan malam bersama kecanggungan.
"Ning, ini makanannya masih banyak"
"Inggih Gus, nanti saya bagikan ke santri. Oiya Gus, ini kurma muda yang dari Gus Riza jangan lupa dimakan"
"Percuma Ning, kalo ikhtiar nya cuma makan kurma muda" celetuk Gus Mafiq.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addawaul Qalbi [END]
Bí ẩn / Giật gân"Aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi padaku setelah hari ini. Tapi aku yakin Allah telah menciptakan takdir yang sangat indah untukku setelah semua cobaan yang kulewati" Zafira Nuril Ulya Rank #1 - Ketulusan #1 - Kesetiaan #1 - Keikhlasan #1...